tahap perkembangan sensomotorik anak
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara masalah
perkembangan terutama perkembangan intelek tidak lepas dengan teori
perkembangan kognitif oleh pelopor psikologi kognitif yaitu Jean Piaget.
Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya
melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta
kegiatan mental, seperti berpikir, menimbang, mengamati, mengingat,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang
berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Sampai saat ini,
penelitian mengenai pengolahan sensorik dan penelitian tentang kontrol motor
telah mengikuti jalur paralel tapi independen. Partisi dari dua garis
penelitian dalam praktek sebagian berasal dari pandangan bipartit pengolahan sensorimotor
di otak, bahwa sistem sensori / perseptual membuat
representasi tujuan umum dunia yang berfungsi sebagai input ke sistem motor (sistem kognitif dan lainnya) yang menghasilkan tindakan / perilaku
sebagai output.
Setiap anak yang baru
dilahirkan pada awalnya akan merasakan bahwa dunia sekitarnya serba asing, aneh
dan tidak dipahami sama sekali tetapi perlahan anak akan mengalami
perkembangan. Perkembangan tersebut berlangsung atas bantuan orangtua dan
lingkungannya untuk memberikan stimulasi sensori yang akan mengontrol panca
inderanya dan stimulasi motorik untuk mengontrol gerakannya. Kerjasama antara
pola pikir dengan pancaindra anak, yang baru berfungsi dengan baik setelah
diasah melalui kekayaan pengalaman hidup, baik yang positif maupun negatif atau
dikenal dengan sensomotorik.
Pada usia sensomotorik
(0-2 tahun) menurut piaget, usia ini anak mengalami masa pertumbuhan
sesori-motoris yang cepat dan sangat jelas. Segala perbuatan yang mereka
lakukan merupakan proses pematangan dari sensori-motor tersebut.
Semakin banyak kesempatan
serta pengalaman gerakan motorik anak semakin membuat pola gerak anak menjadi
berkesinambungan maka anak menjadi cepat tanggap dan memiliki kesadaran akan
pancaindranya dan lebih waspada terhadap rintangan yang mungkin menghambat
dalam pencapaian tujuannya serta anak menjadi mampu mengatasi permasalahan yang
datang.
Jika perkembangan
sensomotoriknya kurang lancar atau kurang sempurna sekalipun anak bisa berjalan
dan berlari dengan baik, cara kerja sistem indra anak menjadi kurang baik,
akibatnya respon anak menjadi sangat lamban dan tidak seimbang dengan pikirannya
(sering menangis atau marah-marah kepada orang lain dan dirinya sendiri, tidak
bisa duduk diam, suka menabrak-nabrak, merobek-robek atau ingin merusak benda-benda
yang dilihatnya tanpa alasan yang jelas). Terkadang anak terlihat berjalan
sambil berputar-putar, menjinjit, menginjak benda-benda yang dilewatinya,
senang melompat-lompat di tempat, senang mengganggu temannya, emosinya labil
dan sering berpikir negatif.
Adanya tugas perkembangan
yang dialami anak secara cepat pada golden
age karena itu orangtua dan lingkungan harus peka dalam menstimulus
sensori-motor pada anak. Peranan orangtua sangat penting untuk tumbuh kembang
mereka dan juga harus mengenali perkembangan anak sesuai dengan tahapnya.
B.
Tujuan Penulisan
1. Mencari sampel anak antara usia 0-2 tahun.
2. Membuat instrumen identifikasi untuk perkembangan
anak.
3. Membuat instrumen asesmen untuk sensori-motorik
perkembangan anak.
4. Membuat instrumen gangguan sensori.
5. Menetapkan hasil asesmen dengan kemampan dan
hambatan anak di usia perkembangan sensori-motor nya.
6. Membuat tindak lanjut dari hasil asesmen.
7. Simulasi intervensi untuk stimulus sensori-motor
anak.
8. Menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI)
terkait perkembangan sensori-motor anak.
9. Memberikan hasil asesmen perkembangan pada
orangtua agar mengetahui perkembangan anaknya.
10. Memberikan cara-cara sederhana untuk orangtua
dapat menstimulus sensori-motor anaknya di rumah.
BAB II
PENGEMBANGAN PROGRAM SENSOMOTORIK
A.
Landasan Teori
1.
Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (Bybee
dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi 4 tahapan yaitu :
a) Tahap Sensori-Motoris (0-2 tahun)
Pada
tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya yang dilakukan melaui perasaan
dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi dari
lingkungannya dan anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan
sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan dan secara perlahan belajar mengkoordinasikan
tindakannya.
b) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun), tahap intuisi.
c) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), tahap
interaksi sosial.
d) Tahap Oprasional Formal (11 tahun keatas), tahap
ekullibrasi.
Pembahasan kali ini lebih cenderung pada tahapan
sensori-motor yaitu pada usia 0-2 tahun. Dalam buku
pedoman pelaksanaan kurikulum SLB-C 1977, dijelaskan bahwa, “Pendidikan sensomotorik
adalah pendidikan yang berisi tentang segala sesuatu usaha dan kegiatan yang
diberikan di sekolah-sekolah melalui latihan-latihan panca indera dan anggota
tubuh serta koordinasi antara panca indera dan anggota tubuh.”
Sensomotorik ialah adanya
suatu rangsangan (input) pada sensori atau pancaindera yang di informasikan ke
kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau otak besar dan
disalurkan ke otot sebagai output atau reaksi manusia. Tujuan dari pelatihan
Sensomotor atau aktivitas seluruh olah tubuh merupakan suatu promosi dari
kualitas EQ dan IQ anak yang optimal, yang didapat dari:
ͼ
Sistem indera (sensori) yang
terasah.
ͼ
Kemampuan mengembangkan
koordinasi proprioceptis.
ͼ
Disertai dengan strategi, pola
pikir (persepsi) dan kesadaran tubuh (Body Awareness) yang baik pula.
Ciri-ciri sensorimotor:
ͼ
Didasarkan
tindakan praktis.
ͼ
Inteligensi
bersifat aksi, bukan refleksi.
ͼ
Menyangkut
jarak yang pendek antara subjek dan objek.
ͼ
Mengenai
periode sensorimotor, umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pada banyak faktor lingkungan sosial dan kematangan fisik, urutan periode tetap dan perkembangan
gradual dan merupakan proses yang kontinu.
2.
Tahap perkembangan sensomotorik sesuai usia :
1. Usia
1-30 hari
-
Bayi mampu mengisap ASI dengan baik
-
Bayi dapat menggerakkan kedua lengan, kaki (kedua tungkai) secara mudah dan
aktif.
-
Bayi memberikan reaksi dengan melihat ke sumber cahaya dan mata bayi
kadang-kadang dapat menatap ke mata ibunya.
-
Bayi mulai mengeluarkan suara, mengoceh, selain menangis.
2. Usia 0-1 bulan
Bayi akan melatih sendiri gerakan refleks yang ada
pada dirinya.
-
Anak mampu bereaksi secara refleks
-
Anak mampu menggerak-gerakan anggota badan
meskipun belum terkoordinir
-
Anak mampu mengasimilasi dan mengakomodasi
berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya
-
refleks menangis
-
mengisap
-
menggerakkan tangan dan kepala
-
mengisap benda didekatnya
-
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari
-
Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut lalu pelan-pelan mencoba dan
akhirnya bisa
-
Setelah itu menjadi lebih cepat melakukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.
-
Bila kita menyentuh tangannya, ia akan refleks menggenggam. Ia pun belum
menyedari keberadaan tangannya dan belum mampu memfokuskan pandangannya. Karena
itulah kita perlu memperlihatkan sesuatu benda dalam jarak pandang yang dekat
(sekitar 25 cm) untuk melatih koordinasi mata dan tangan.
3.
Usia 2-4 bulan
Bayi mulai mengubah
gerakan refleks menjadi gerakan koordinasi mata-tangan-kaki yang disadari,
berdasarkan respon dari apa yang dilihat, disentuh dan didengar. Beberapa gerak
refleks menjadi refleks proteksi.
umur 2 bulan
-
kebiasaan mengisap ibu jari
-
reaksi terkejut jika mendengar
suara keras
-
bisa menggerakkan kepala
kekanan, kekiri dan ketengah
-
Bayi dapat membalas senyuman
umur 3 bulan
-
sudah mulai mengoceh
-
tertawanya sudah mulai keras
-
mulai mengenal ibu dengan
penglihatan, pendengaran, penciuman ataupun kontak
-
Bayi dapat menggenggam benda/mainan yang di sentuhkan pada ujung jari dan
telapak tangan selama beberapa saat.
umur 4 bulan
-
bisa berbalik badan dari
telungkup ke telentang
-
bisa mengangkat kepala 90 derajat
-
mulai memperluas jarak
pandangnya
-
sudah mulai bisa menggenggam
benda
-
Pada saat telengkung, leher bayi sudah kuat menyangga kepalanya dan
menegakkan/mengangkat kepalanya mengikuti gerakan badan.
4.
Bayi usia 4-6 bulan
-
Bayi dapat mengguling-guling dan berbalik dari terlentang ke telungkup atau
sebaliknya.
-
Bayi dapat meraih benda yang berada dalam jangkauan tangannya dan mencari
benda yang dipindahkan.
-
Bayi akan mencari dan menengok kearah sumber suara
Umur 5 bulan :
-
dapat mempertahankan kepala
dengan tegak dan stabil
-
mulai tertarik dengan mainan
yang ada bunyi-bunyiannya
-
matanya sudah bisa tertuju pada
benda-kecil
umur 6 bulan :
-
bisa bermain sendiri
-
diatas ranjang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang.
-
Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus
dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.
5.
Bayi usia 6-9 bulan
-
Bayi mulai belajar duduk sendiri
-
Bayi mampu memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
-
Jika melihat benda yang menarik, bayi akan tertawa/berteriak.
-
Bayi akan menirukan bunyi dan suara yang di dengarnya.
-
Bayi dapat memegang dan makan kue sendiri tanpa di bantu
Umur 7 bulan :
- anak melakukan ekperimen misal,
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan
mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
-
sudah bisa duduk sendiri dengan
sikap sila
-
bisa bertepuk tangan
Umur 8 bulan
-
sudah bisa merangkak menuju
suatu benda
-
bisa memindahkan benda dari
tangannya ketangan lain
-
sudah bisa mengeluarkan
kata-kata ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, pa-pa-pa
-
bisa memegang makanan sendiri
-
dapat mengambil benda-benda
yang tidak terlalu besar
6. Bayi
usia 9-12 bulan
-
Bayi dapat merangkak dan mulai belajar sendiri tanpa bantuan
-
Bayi mulai belajar berjalan dengan berpegangan
-
Bayi mampu meraup benda-benda kecil seperti kacang dengan jari-jari
tangannya
-
Bayi mampu mengatakan / menyebut suku kata yang sama misalnya ma-ma, pa-pa
-
Bayi mengenali orang yang sudah dikenal dan takut pada orang belum di kenal
Umur 9 bulan :
-
Mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang menyanggah berat
badannya
-
Mengambil benda-benda yang dipegang oleh kedua tangannya
-
Senang melempar-lempar mainan atau benda disekitarnya.
Umur 10 bulan
-
Mulai mengangkat badannya dengan posisi berdiri
-
Bisa menggenggam benda dengan erat
-
Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk mengambil mainan
Umur 11 bulan
-
Setelah bisa mengangkat badannya, anak mulai berpegangan pada kursi atau meja selama kurang
lebih 30 detik
-
Mulai senang
melakukan sesuatu kedalam mulut
-
Senang
diajak main cilukba
7.
Anak usia 12-18 bulan
-
Berjalan dengan dituntun
-
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama
-
Rasa ingin tahu yang besar
-
Mulai mengenal dengan lingkungan sekitarnya
-
Sudah bisa mengenal anggota keluarga
-
Takut dengan orang yang baru dikenal
-
Anak mampu memahami bahwa benda
tetap ada meskipun ntuk sementara waktu hilang dan akan muncul
lagi diwaktu lain
-
Anak mulai mampu mencoba
sesuatu
-
Anak mampu menentukan tujuan
kegiatan tanpa tergantung kepada orangtua
-
Anak diberi makanan
yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
-
Anak dapat berjalan sendiri
-
Belajar menendang dan melempar bola
-
Anak mampu memungut benda-benda kecil dengan jari-jari tangannya
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
-
Anak dapat bertepuk tangan dan minum sendiri dengan gelas tanpa tumpah
8. Anak
usia 18-24 bulan
-
Dapat menunjukkan anggota tubuh sesuai dengan perintah
-
Meniru melipat walaupun gerakannya kurang baik
-
Menunjukkan benda-benda yang dikenalinya pada saat disebutkan
-
Menunjukkan rasa marah dengan berteriak, membanting benda,
berguling-guling, dan tidak merasa malu walupun ditempat umum
-
Anak mulai mampu untuk meniru
-
Anak mampu melakukan berbagai
percobaan terhadap lingkungannya secara lebih lancar
-
Suka memperhatikan sesuai lebih lama.
-
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
-
Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
-
Anak belajar melompat dengan 2 kaki
-
Anak dapat berjalan mundur paling sedikit 5 langkah
-
Anak mampu mengenai gambar-gambar yang diperlihatkan padanya
-
Anak dapat mencoret-coret dengan menggunakan alat tulis
-
Anak mampu menyebut dan menunjuk bagian tubuh dengan benar
-
Anak dapat menirukan pekerjaan rumah tangga, misalnya membantu menyapu, membersihkan
meja atau menyiapkan meja makan.
Dengan penampilan kondisi fisik dan
koordinasi tubuh yang terarah pada anak, yang didapat dari aktivitas gerak
tubuh yang baik, akan memberikan pengaruh positif pada kemampuan anak dalam
berkomunikasi, pada kemampuan kognisi anak dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang muncul dalam dirinya, terutama dalam cara dia berinteraksi
dengan orang lain (Herm,1997). Program sensomotorik juga dapat membantu anak
dalam mengembangkan integritas untuk memunculkan daya kreativitasnya dan juga
dapat mengimprovisasikan dirinya ke dalam kemampuan akademisnya.
Kemampuan dasar yang harus ada pada anak,
yaitu:
ͼ
Kecepatan merespons sesuatu.
ͼ
Kemampuan untuk berkonsentrasi.
ͼ
Kemampuan untuk melatih kontrol
diri.
ͼ
Kesadaran diri anak mengenai
waktu dan tempat (Body Orientasi), kapan, berapa lama dan dimana mereka berada.
Koordinasi yang baik
antara pancaindra anak dan gerakan anak terhadap stimulasi yang diterimanya
maka anak akan dapat mengoptimalkan potensi diri dalam tahap perkembangan
hidupnya.
Suatu proses
penghimpunan data dari luar melalui indra (sensor/reseptor) yang menghasilkan
sensasi-sensasi tertentu untuk proses persepsi membentuk sebuah pengertian yang
utuh.
3. Tahapan Umum Perkembangan Bicara Pada Anak
- Sebelum 12 bulan
Tahap awal perkembangan bicara adalah mengoceh (babbling). Seiring pertambahan usia (di usia sekitar 9 bulan), anak-anak mulai menggabungkan suara dan mengucapkan kata seperti "mama" dan "dada" (tanpa tahu maknanya). Dan, sebelum usia 12 bulan, anak mulai lebih tertarik begitu mendengar suara. Anak-anak yang kelihatannya memandang sesuatu tapi tanpa bereaksi harus diwaspadai sebagai tanda kehilangan pendengaran (hearing loss).
- Usia 12-15 bulan
Di usia ini anak-anak mulai menguasai satu atau dua kata bermakna (di luar kata "mama" atau "dada"). Biasanya kata-kata awal yang mereka kuasai adalah kata benda. Mereka juga mulai mengerti dan mampu mengikuti perintah sederhana, seperti, "Mama minta bolanya, ya?"
- Usia 18-24 bulan
Anak memiliki sekitar 20 kosakata di usia 18 bulan, dan berkembang menjadi 50 atau lebih kosakata ketika berusia 2 tahun. Di usia 2 tahun, anak juga mulai belajar menggabungkan 2 kata sederhana. Mereka mulai bisa mengikuti 2 perintah sekaligus, misalnya, "Ambil bolanya dan tolong berikan kotaknya, ya."
4. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan
otot kasar dan otot halus. Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan
yang tersusun dari otot lurik. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar
tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan, berlari, melompat,
menendang melempar, memukul, mendorong, dan menarik. Oleh karena itu, gerakan tersebut di
kenal dengan istilah gerakan dasar.
Perkembangan motorik halus meliputi
perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan
gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis,
melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan menggunting.
Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat dan menggunting kertas dapat melatih
motorik halus anak.
Menurut Gesell dan Ames (1940) serta
lllingsworth (1983), perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum sebagai berikut :
a. Continuity (bersifat kontinu), di mulai dari gerakan yang sederhana
menuju ke yang kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.
b. Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), semua anak
memiliki pola tahapan yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai
tahapan tersebut berbeda.
c.
Maturity (kematangan), di
pengaruhi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk saat anak
lahir, tetapi proses mielinasinya masih
terus berlangsung sampai beberapa tahun kemudian. Anak tidak dapat melakukan suatu gerak motorik
tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai.
d.
Umum ke khusus, yaitu di mulai
dari gerak yang bersifatumuk ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara
menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagianya. Hal
ini di sebabkan karena otot-otot besar berkembang lebih dahulu di bandingkan
otot-otot halus.
e.
Di mulai dari gerak refleks
bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi. Anak lahir ke dunia telah memiliki
refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak enak.
Refleks tersebut akan berubah menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.
Misalnya orang dewasa tidak lagi menangis hanya karena lapar.
f.
Bersifat chepalo caudal
direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu
dibanding bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu
dari pada otot kaki.
g.
Bersifat proximo-distal,
artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh(tulang belakang) berkembang
lebih dulu dari yang lebih jauh.otot dan saraf lengan berkembang lebih dahulu
dari pada otot jari. Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan lengan,
bukan dengan jari.
h. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi
organ yang sama berkembang lebih dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ
bersilangan, contoh, pada saat anak TK melempar bola tenis, tangan kanan
terayun, di sertai ayunan kaki kanan.
Keterampilan
gerak
a)
Gerak dasar (locomotor skill)
-
Jalan
-
Lari
-
Loncat
-
Bergeser
-
Meluncur
b)
Gerak manipulatif (manipulative skill)
-
Melempar (throwing)
-
Menangkap (catching)
-
Memantul-mantulkan (dribling)
-
Melambungkan (volleying)
c)
Gerak nonmanipulatif (nonmanipulative skill)
-
fleksi
-
Ekstensi
-
Rotasi
-
Aduksi
-
Abduksi
-
Pronasi
-
Supinasi
5.
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Tahap perkembangan bahasa
Dilihat dari
perkembangan umur yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa
individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap
sebagai berikut:
-
Tahap Meraban (pralinguistik)
pertama
Pada
tahap ini meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan bayi menangis,
menjerit dan tertawa seolah-olah menghasilkan tiap jenis yang mungkin dibuat.
-
Tahap Meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut
juga tahap kata omong kosong atau kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua
ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.
Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka
seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
-
Tahap holofrastik (tahap
linguistic pertama)
Pada usia sekitar 1
tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak
harus dipandang sebagai satu kalimat penuh sebagai rasa untuk menyatakan mau
tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau
mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta
diambilkan mobil mainan”. Karena terkadang muncul ketidakmaknaan dalam ujarannya, maka perlu diamati
benar apa yang dilakukan anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia
maksud.
-
Ucapan-ucapan dua kata
Pada tahap ini
pertama diucapkan dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mengucapkan “kucing” dan
“papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar,
lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’.
-
Pengembangan tata bahasa
Pada tahap ini anak
mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang
dihasilkan semakin kompleks dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan
pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat
sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
-
Tata bahasa menjelang dewasa
(tahap pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak
semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta
mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi,
relativasi dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode
ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa
dan fonologis dalam bahasa terkait.
-
Kompetensi lengkap
Gaya bahasa
mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi.
Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah
tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap.
6.
Perkembangan Sosio – Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif komunal. Pada mulanya anak
bersifat egosentrik, hanya dapat
memandang dari satu sisi, yaitu dari dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa
orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya,maka pada usia 2-3 tahun
anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan
anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya. Perkembangan
sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi sosial dan tanggung jawab sosial.
Emosi merupakan perasaan atau efeksi yang
melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat.
Minat, ketergantungan dan rasa muak atau jijik mucul pada saat lahir, senyum
sosial terlihat pada usia kira-kira 4 hingga 6 minggu. Kemarahan, keheranan dan
kesedihan terjadi pada kira-kira usia 5 hingga 7 bulan, rasa malu terjadi pada
kira-kira usia 6 hingga 8 bulan, rasa hina dan rasa bersalah terlihat pada
kira-kira usia 2 tahun.
Pada dua tahun pertama orang tua dalam
keluarga, mempunyai peranan yang amat penting dan bersifat dominan dalam
mengembangkan aspek sosio-emosional anak. Seiring dengan bertambahnya usia
anak, maka perkembangan sosio-emosional dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dimana anak melakukan sosialisasi. Perkembangan emosional bagi anak merupakan
sesuatu yang penting, bahkan lebih penting dari sekedar perkembangan kognitif.
7.
Perkembangan Seni Anak Usia Dini
Saat melihat, mendengar, meraba, anak akan merasa kagum, senang,
bangga, dsb.
a. Tahapan Perkembangan Seni Anak
1) Mencoret
-
Anak usia 18 – 36 bulan
-
Anak-anak membuat coretan acak
dan menjelajah peralatan dengan cara bermain yang menyenangkan.
1) Tahap Pra-Skematik
Pada tahap ini, anak
mulai memahami simbol yang dibuatnya untuk menggambarkan sesuatu tetapi
gambarannya biasanya tidak sesuai dengan maksudnya. Karakteristik pada tahap
ini yaitu: Terjadi pada usia 4 – 7
tahun.
2) Tahap Skematik
Saat anak pindah ke
tahap ini, dia menggunakan garis, warna,
dan ruanng untuk membantu melukiskan ide-idenya pada objek dan orang-orang.
-
Sebelum
lahir, bayi dalam kandungan sudah mendengar suara sejak 20 minggu setelah
konsepsi.
-
0 – 18 bulan
· Saat dilahirkan bayi dapat mendengar suara yang tinggi dan mereka
akan terkejut oleh suara yang keras atau bunyi yang tiba-tiba.
· 4 minggu à mereka
mengeluarkan suara lengkingan yang tinggi dan mulai menanggapi bunyi atau
suara.
· 3 bulanà
mereka dapat menanggapi musik dengan aktif.
· 20 minggu àmulai
mengenal suara yang dikenalnya.
· 6 bulan àmereka
mulai menirukan suara.
· 28 minggu à
mereka akan memandang ke arah bunyi dan mengucapkan beberapa bagian bunyi.
· 9 bulan à
mereka menanggapi lagu yang dikenal atau mengikuti pola melodi yang sudah
dikenal.
· 1 tahun à mulai
kehilangan kapasitas untuk mendengarkan suara yang melengking tetapi mulai
menemukan bunyi yang teratur dan menciptakan bunyi (membanting objek setiap
hari).
· Beberapa bayi mengucapkan kata pertamanya pada usia 8 bulan,
beberapa lainnya pada 18 bulan atau lebih. Menyanyi bersama-sama akan
mempercepat proses ini.
-
18-36 bulan
Perkembangan berbahasa
dapat berkembang lebih lanjut melalui bernyanyi dan meniru. Mampu membedakan
keras-pelan, cepat-lambat. Mulai menyadari tempo dan irama yang berbeda.
Belajar kata-kata sederhana atau koordinasi memainkan alat musik sederhana.
-
3 – 5 tahun
Mencoba menyanyikan
lagu yang lebih kompleks sehingga kemampuan berbahasa meningkat. Mampu
mempelajari gerakan yang lebih rumit dalam mengikuti musik.
-
5 -7 tahun
Mengembangkan
ingatan yang lebih pada musik dengan mengulang lagu dan pola dan memahami
konsep lagu yang sederhana.
3) Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dengan musik
-
Musik membantu anak mengelola
perasaan mereka
-
Musik membantu perkembangan
kognitif.
-
Musik membantu meningkatkan
kesehatan fisik dan mengembangkan keterampilan motorik.
8.
Pertumbuhan Fisik
Bayi Merupakan pertumbuhan cepat dalam
proses pertumbuhan manusia. Dapat diketahui dengan mengukur berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, dada, dan lengan.
a. Berat Badan
Berat badan lahir normal 2500-3000 gr. Akan terjadi penurunan berat
badan secara fisiologis antara 5%-10%. Setelah 10-14 hari, berat badan akan
kembali normal. Bayi mengalami empat penyesuaian utama yang dilakukan sebelum
dapat memperoleh kemajuan dalam perkembangan: perubahan suhu, pemapasan,
menghisap, menelan, dan cara pembuangan melalui organ-organ sekresi.
b. Panjang Badan
Panjang badan waktu lahir sekitar 48-50 cm. Akhir tahun pertama
kenaikan 25 cm sehingga usia 1 tahun tinggi badannya 75 cm.
-
Usia 1 tahun ± 73-75 cm.
-
Usia 2 tahun ± 80 cm.
-
Usia 3 tahun ± 88 cm.
-
Usia 4 tahun pada anak
laki-laki ± 96 cm.
-
Pada anak perempuan ± 95 cm, 2
x waktu lahir.
-
Usia 5 tahun pada anak
laki-laki ± 103 cm, pada anak perempuan ± 102 cm.
-
Usia 6 tahun pada anak
laki-laki ± 109 cm, pada anak perempuan ± 108 cm.
-
Usia 17 tahun = 3 x waktu
lahir.
-
Dewasa = 2 x panjang usia 2
tahun.
Kenaikan berat badan dan panjang badan rata-rata pada 1
tahun pertama.
Usia
|
Kenaikan
berat badan
|
Kenaikan
panjang badan
|
Triwulan
I: 1-3 bulan
|
700
gr
|
10
cm
|
Triwulan
II: 4-6 bulan
|
600
g r
|
6
cm
|
Triwulan
III: 7-9 bulan
|
600
gr
|
5
cm
|
Triwulan
IV: 10-12 bulan
|
300
gr
|
4
cm
|
Sesudah tahun pertama kenaikannya 1,5-2 kg atau 2-3 kg
setiap tahun. Rumusan berat badan 8 + 2n kg (n = tahun) atau 9+ (2 n-1).
-
5 bulan = 2 x berat badan
lahir.
-
usia 1 tahun = 3 x berat badan
lahir.
-
usia 2,5 tahun = 4 x berat
badan lahir.
-
usia 3 tahun = 14,5 Kg.
-
usia 4 tahun = ± 16 Kg.
-
usia 5 tahun = 5 x berat badan
lahir.
-
usia 6 tahun = 7 x berat badan
lahir.
c.
Lingkar Kepala
Ukuran kepala anak merupakan salah satu
ukuran yang penting dari tubuh karena berhubungan erat dengan isi tengkorak
yang berhubungan dengan pertumbuhan otak.
Ada 2 macam ukuran kepala yang penting:
- Diameter antero-posterior (ukuran muka belakang) melalui glabella ke belakang kepala yang paling menonjol.
- Diameter transversal (ukuran ke samping kiri/kanan) melalui tulang ubun-ubun kanan-kiri.
Lingkar kepala bayi normal = 33-35
cm, tahun pertama naik 10 cm, kenaikan makin lama makin sedikit, usia 5 tahun
kenaikan hanya 0,5 cm, setiap tahun sampai ukuran dewasa dicapai. Usia 2 tahun
± l/6 bagian tubuh (panjang badan). Pada orang dewasa ± 1/6 bagian tubuh
(panjang badannya). Usia 5 tahun kenaikannya hanya 0,5 cm. Usia 1 tahun = 44-47
cm. Dewasa = 55-58 cm. Ubun-ubun kecil menutup pada minggu ke 6-8. Ubun-ubun
besar menutup pada bulan ke 16-18.
d.
Pertumbuhan Otak
Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah
besamya ukuran tengkorak kepala. Diperkirakan bahwa 1/4 dari berat otak orang
dewasa dicapai pada usia 9 bulan dan 3/4 pada akhir tahun ke 2. Jaringan otak
dan sistem saraf tumbuh secara maksimal selama 2 tahun pertama kehidupan dan
setelah itu pertumbuhan berlangsung sedikit sekali. Pertumbuhan sistem saraf
yang cepat ini sesuai dengan diperolehnya bermacam-macam keterampilan, seperti
berdiri, berjalan, adaptasi dan bercakap-cakap pada awal masa kanak-kanak.
e.
Pertumbuhan Susunan Saraf
Pusat
Paling cepat terjadi pada masa bayi,
melambat pada akhir masa kanak-kanak dan berhenti pada masa puber. Pertumbuhan
yang cepat dalam sistem saraf merupakan karakteristik 3-4 tahun pertama setelah
kelahiran.
f. Pertumbuhan Fungsi-fungsi
Fisiologis Masa bayi merupakan dasar
pola-pola fisiologis seperti makan, tidur dan buang air harus terbentuk. Pertumbuhan usia 6 - 12 Bulan Fontanel anterior (ubun-ubun depan) menjadi agak lebar pada usia 6
bulan dan akan menutup pada usia 12 - 18 bulan. Fontanel posterior (ubun-ubun
belakang) menutup pada usia 6 - 8 minggu). Perumbuhan gigi susu
pertamakali terjadi pada usia 6 - 8 bulan dengan diawali keluarnya gigi seri
tengah bawah. Umumnya ketika berisia 12 bulan anak memiliki 6-8 gigi.
g.
Tahapan Perkembangan Fisik
Motorik
-
Masa natal
Aktifitas gerak pada masa ini meliputi gerak reflex
sederhana,seperti :
·
Gosok-menggosok
·
Menggenggam
·
Membengkok
·
Meluruskan
·
Mengatur sikap.
-
Masa bayi ( Infancy )
Masa bayi adalah masa sejak individu dilahirkan sampai
berusia 1 tahun atau 2 tahun. Tingkah laku meliputi tingkah laku yang disadari
serta dikendalikan dengan otot secara bertahap berkembang kearah
cephacaudal-proximodistal yaitu bagian kepala, leher, togok sampai kekaki dan
juga dari togok kebagian samping belakang.Beberapa tingkah laku ini meliputi
merangkak, menggulung, berjalan,serta menggenggam yang disadari.
Pada masa ini gerakan yang terjadi,meliputi:
·
Menggangkat bahu (1 Bulan)
·
Menggangkat dada (2 Bulan)
·
Duduk dengan bantuan (4 bulan)
·
Duduk di pangkuan (5 Bulan)
·
Duduk Sendiri (7 Bulan)
·
Berdiri dengan bantuan (8 Bulan)
·
Berdiri dengan berpegangan (9 Bulan)
·
Merangkak (10 bulan)
·
Berjalan di bimbing (11 bulan)
·
Berdiri sendiri ( 14 Bulan )
·
Berjalan sendiri (15 Bulan )
-
Chidhood
Pertumbuhan pada
usia kanak- kanak ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan relative stabil.
Pola gerakannya meliputi: Kesamping, berjalan, berlari dengan pelan, meloncat kira-kira 40 cm.
-
Children ( Masa Kecil ) dan 5
Child ( Masa Anak – Anak )
Pada masa ini ,anak
kecil perkembangna fisiknya berada pada suatu tingkatan dimana secara organisme
telah memungkinkan untuk melakukan beberapa maam gerakan dasar dengan beberapa
variasinya.
9.
Perkembangan Motorik
anak
1) Usia
0-3 bulan
- Kemampuan Gerak Kasar : Belajar mengangkat kepala, Belajar berguling-guling dan menahan kepala tetap tegak.
- Kemampuan Gerak Halus : Melihat mainan gantung dan meraihnya, memperhatikan benda
bergerak, melihat
benda-benda kecil, memegang benda dan merasakan berbagai bentuk permukaan.
- Kemampuan berbicara dan berbahasa : Mengajak anak sering berbicara, meniruhkan ocehan bayi dan kesadaran akan suara.
- Kemampuan bersosialisasi :
Memenuhi rasa aman dan kasih sayang dengan memeluk dan
mencium, tersenyum, mengamati, meniru, mengayun, menina bobokan.
2) Usia 3
– 6 bulan
- Kemampuan gerak kasar : menyangga sebagian tubuh dengan kedua kakinya, mengembangkan control
terhadap otot-otot leher dan belajar duduk.
- Kemampuan gerak halus : belajar menahan benda yang dipegang, memindahkan
barang dari tangan yang satu ke tangan yang lain, belajar makan/masukan
benda ke dalam mulutnya dan mengambil benda benda kecil.
- Kemampuan berbicara dan berbahasa : mencari
sumber suara, belajar meniruhkan ucapan ibu/orang lain.
- kemampuan bergaul dan mandiri : perminan “ciluk-ba”, melihat dirinya di kaca, dan tertarik dengan
mainan dan meraih mainan
3) Usia
6-9 bulan
- kemampuan gerak kasar : Belajar posisi berdiri, belajar merangkak dan belajar berjalan dengan berpegangan.
- Kemampuan gerak halus dan kecerdasan : Memasukkan benda kedalam wadah, bermain gendang, belajar melukis dengan
mencoret-coret kertas, bermain dan membuat mainan
dan menyembunyikan dan mencari mainan.
- Kemampuan bicara dan bahasa : Menirukan kata-kata, bermain percakapan dengan
menggunakan boneka dan bersenandung dan bernyanyi.
- Kemampuan bergaul dan mandir : Makan bersama anggota keluarga, melatih cara mendapatkan
mainan yang tidak terjangkau.
4) Usia 12
– 15 bulan
- Kemampuan gerak kasar : Menarik mainan sambil berjalan, belajar berjalan mundur, berjalan naik dan turun
tangga, berjalan
sambil berjinjit, menangkap dan melempar.
- Kemampuan gerak halus dan kecerdasan : Bermain dengan balok–balok, memasukkan dan
mengeluarkan benda serta memasukkan benda yang satu ke benda yang lain.
- Kemampuan bicara dan bahasa : Menyebutkan benda–benda yang diinginkan
dengan baik dan benar, menyebutkan nama bagian tubuh dan belajar merangkai kata – kata dengan baik.
- Kemampuan bergaul dan mandiri : Menirukan pekerjaan rumah
tangga, belajar melepaskan pakaian sendiri, belajar makan sendiri, belajar makan
sendiri, merawat mainan, membawa ketempat umum/ tempat rekreasi dan diminta untuk menyebutkan apa
yang dilihatnya.
5) Usia 15
– 18 bulan
- Kemampuan motorik kasar : Bermain diluar rumah (ayunan, memanjat dll), bermain air (berenang) dan menendang bola.
- Kemampuan motorik halus : Meniup dan Membuat untaian.
- Kemampuan bicara dan bahasa : Menceritakan gambar, bermain telepon dan menyebutkan nama –
nama makanan dll.
- Kemampuan bergaul dan mandiri : Memeluk dan mencium, Memungut mainan, Membantu kegiatan
di rumah dan Bermain
dengan teman sebaya.
ü Stimulasi orang tua dan anak
·
Stimulasi motorik kasar 0 -12 bulan
a. Meletakkan bayi dalam posisi telungkup dan mengngendong bayi dalam
posisi tegak.
b. Meletakkan bayi dalam posisi tidur pada salah satu sisi badan.
c. Mengangkat bayi pada ketiaknya dengan telapak kaki menyentuh lantai
atau meja.
d. Mendudukkan bayi pada kursi bersandaran.
e. Memegang kedua tangan bayi/menegakkan kedua tangan bayi pada perabot
agar bayi melangkah.
f. Menggelindingkan bola
besar untuk dipukul kembali oleh bayi.
g. Membuat bayi berjalan beberapa langkah tanpa berpegangan.
· Stimulasi Motor Kasar 13 – 24
bulan
a.
Berrmain mengelindingi bola
besar bersama anak.
b.
Membiarkan anak berjalan
sendiri tanpa berpengangan.
c.
Memberikan mainan yang bisa
ditarik ketika anak berjalan.
d.
Menunjukkann dan mengajak anak
berjalan berjinjit.
e.
Bermain melempar, menangkap,
dan menendang bola bersama anak.
f.
Membiarrkann anak bermain di
kolam/ bak/ pancuran air.
g.
Mengajari anak melompat dengan
kedua kaki.
h.
Mengajari anak berdiri pada suatu kaki
·
Stimulasi motorik kasar 25 – 36 bulan
a. Memberikan mainan yang bisa ditari ketika anak berjalan.
b. Mengajak anak memanjat tangga.
c. Mengajak anak berlari-lari di halaman.
d. Mengajar anak melompat dengan kedua kaki.
e. Mengajar anak berdiri pada satu kaki.
f. Bermain melempar, menangkap dan menendang bola besar bersama anak.
g. Mengajar anak bermain sambil merangkak di kolong meja, berjinjit
mengelilingi kursi.
h. Mengajar anak melompat jauh (melewati jarak 1 - 2 meter)
·
Stimulasi motorik halus 0 – 12
bulan
a. Mengikat tali di atas tempat tidur bayi untuk menngantungkan mainan
yang berputar.
b. Meletakkan mainan kecil dalam kedua genggaman bayi, kemudian
menariknya perlahan-lahan.
c. Memberi kesempatan kepada bayi untuk makan sendiri dengan tangannya.
d. Meletakkan benda-benda kecil dan membiarkan bayi mengambilnya untuk kemudian
menuntunnya memasukkan benda-benda tersebut kedalam suatu wadah dari kanton/ kaleng/ botol bekas.
e. Membiarkan bayi bermain bunyi-bunyian dengan memukulkan sendok pada kaleng.
f. Menyediakan crayon/ pensil warna dan kertas kemudian mengajak bayi menggambar.
·
Stimulasi Motorik Halus 13 – 24
bulan
a. Mengajari anak menyusun balok (kardus/ potongan kayu bekas, ukuran
kira-kira 2,5 x 2,5 x 2,5 cm) tanpa menjatuhkannya.
b. Mengajari anak memasukkan benda ke dalam wadah dan mengeluarkannya
kembali.
c. Menyediakan benda yang sama dalam berbagai ukuran (contoh mangkuk,
gelas plastik) dan mengajak anak memasukkan benda yang kecil kedalam benda yang
besar.
d. Mengajari anak meniup busa sabun dengan alatnya.
e. Menujukkan kepada anak cara menggambar garis, bulatan, wajah, dll.
·
Umur dan Perkembangan Bahasa
a.
Anak usia 1-6 bulan
Pada tahap ini, bayi berkomunikasi terutama
dengan menangis dan bahasa tubuh. Mendekati usia 6 bulan, Anda bisa melihat
perkembangan di permainan suara atau ocehan bayi (babbling). Bahasa
penerimaan (receptive language) atau apa yang bisa dimengerti bayi,
mulai berkembang pada usia ini.
-
Menangis, digunakan oleh bayi untuk mengungkapkan
kebutuhannya pada saat itu. Anak-anak menggunakan level ketinggian suara dan kekerasan
suara yang berbeda untuk memberitahu pesan yang yang berbeda, misalnya lapar,
tidak nyaman, sakit, ingin digendong, atau mengantuk.
-
Bahasa tubuh, merupakan bentuk komunikasi non-verbal, atau
pengungkapan keinginan/kebutuhan tanpa menggunakan kata-kata. Pada saat ini,
bahasa tubuh meliputi mengangkat lengan dan kaki, menolehkan kepala, tersenyum,
dll.
-
Receptive language, dimulai dengan kemampuan
mengenali suara orang, yang umumnya membuat bayi merasa nyaman. Mereka juga
mulai menolehkan kepala ke arah suara-suara dan tersenyum.
-
Phoneme development
(perkembangan bunyi), bunyi-bunyi vokal (a,i,u,e,o) adalah yang umumnya pertama digunakan
anak-anak. Anda akan mulai mendengar perkembangan awal bunyi konsonan, misalnya
konsonan yang dibuat di bagian belakang mulut (/k/ atau /g/). Mendekati tahap
akhir periode ini, Anda bisa mengenali kombinasi konsonan dan vokal.
b.
Anak usia 7-12 bulan
Ocehan bayi meningkat walaupun anak masih
menangis seiring dengan bahasa tubuh sebagai cara utama untuk berkomunikasi. Phoneme
development berlanjut dengan penambahan lebih banyak kombinasi konsonan dan
vokal, lalu awal dari bicara yang mengandung arti.
-
Ocehan bayi (babbling), ketika mendekati 12
bulan, babbling berubah menjadi kata-kata yang lebih mempunyai arti.
Anak mulai menggunakan ungkapan yang mirip kata-kata untuk menamai benda. Jika
kata-kata ini digunakan secara konsisten, bisa dianggap sebagai kata-kata yang
mempunyai arti.
-
Receptive language, anak mulai mengerti
bahwa benda mempunyai nama dan akan melihat atau mengarah ke benda yang
disebutkan. Mendekati 12 bulan, anak mampu mengikuti perintah-perintah
sederhana dan mengenali namanya sendiri serta beberapa bagian tubuh seperti
mata, hidung, mulut, dll.
-
Phoneme development, seiring dengan bunyi /k/
dan /g/, Anda mulai mendengar lebih banyak bunyi yang dibuat di bagian depan
mulut (b, p, m, n) dikombinasi dengan bunyi vokal.
c.
Anak usia
13-36 bulan
Pada masa ini, perkembangan bahasa anak
meningkat dengan pesat. Ocehan bayi berubah menjadi kata-kata berarti dan
perkembangan bunyi berlanjut.
-
Babbling/kata-kata berarti, di awal fase ini,
anak-anak mencampur-adukkan kata-kata dengan ocehan. Mendekati akhir fase ini,
kosa kata anak berkembang hingga meliputi 200 kata. Anak-anak juga mampu
menamai benda-benda umum dan menggabungkan 2-3 kata menjadi suatu kalimat.
-
Receptive language, di awal tahap ini anak bisa
mengerti dan menunjuk benda-benda umum jika disuruh.
-
Phoneme development, pola bicara bisa
meliputi penggunaan konsonan /r/ digantikan dengan /w/. Ini adalah normal dan
terjadi karena anak belum mengembangkan konsonan /r/.
·
Stimulasi Berbahasa 0 – 12
Bulan
a.
Berbicara langsung kepada bayi
b.
Meniru suara bayi
c.
Mengajak bayi mendengarkan
berbagai suara (bel, mainan kerincingan, radio, musik, orang berbicara dsb)
d.
Mengulangi beberapa kata agar
bayi menirunya
e.
Dengan menggunakan buku
bergambar/ majalah, menyebutkan nama gambar-gambar dan menunjukkannya kepada bayi.
f.
Menyanyikan lagu dan membacakan
syair kepada bayi
·
Stimulasi berbahasa 13 – 24
bulan
a.
Mengajak anak membuat suara dari
berbagai benda (kaleng, kerincingan, potongan kayu, dsb)
b.
Menyebutkan dan menunjukkan
bagian – bagian tubuh dan nama – nama barang kepada anak
c.
Mengajari anak melakukan
pebicaraan/kalimat dengan menggunakan 2 kata;
d.
Sambil melihat buku
bergambar/majalah, meminta anak untuk untuk menceritakan apa yang dilihatnya
e.
Bermain telpon-telponan (dari
kardus/kaleng) dengan orang lain misalnya dengan ayah di kantor
f.
Menemani anak menonton acara
anak-anak di televisi maksimal 1 jam sehari
g.
Mulai memberikan perintah kepada
anak dan menunjukkan cara mengerjakannya (contoh : meletakkan gelas di meja, membawakan kaos merrah,
dsb)
h.
Meminta anak menceritakan
pengalaman (lingkungan) atau apa yang dilihatnya dalam buku
·
Stimulasi bersosialisasi 0 –
12 bulan
a.
Memeluk dan membelai bayi,
berbicara dengan suara lembut dan halus
b.
Mengajak bayi tersenyum sambil
menatap mata bayi
c.
Mengayun bayi sambil tetap
berada didekatnya untuk membelai
d.
Bersenandung ketika menidurkan
bayi
e.
Bermain “ciluk-ba” dengan bayi
f.
Meletakkan mainan sedikit
diluar jangkauan bayi dan mengusahakan bayi meraih mainannya sendiri
g.
Mengajak bayi bermain dengan
orang lain
h.
Mengajar bayi memegang cangkir
dan minum dari cangkir tersebut dan makan makanannya bersama – sama dengan
anggota keluarga lainnya
·
Stimulasi bersosialisasi 13
– 24 bulan
a.
Menunjukkan kepada anak cara
memegang sendok dan membiarkan anak makan sendiri
b.
Sering mengajak anak pergi
tempat umum (pasar, mall, taman, posyandu, dsb)
c.
Membujuk dan menenangkan anak
jiwa rewel dengan memeluk dan menciumnya
d.
Mengajari anak untuk
membereskan mainannya dan membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan di
sekitar rumah (melap meja makan, dsb)
e.
Membiarkan anak mengenakan dan
melepaskan pakaian sendiri, termasuk mengancingkan dan membuka kancing baju
f.
Mengajar anak bermain dengan
teman sebaya secara teratur, menunjukkan permainan baru misalnya main petak
umpet
g.
Mengajak anak membuat dan
bermain rumah-rumahan
h.
Meminta tetangga/kerabat
mengawasi anak ketika anda harus meninggalkan anak
ü Gangguan Sensory Integrasi
(SI) pada Anak
Sensori
Integrasi merupakan suatu proses neurologi dalam mengatur dan menterjemahkan
input sensori, untuk dapat memberikan respon sesuai dengan input tersebut. Karena adanya
gangguan dalam fungsi otak yang menghambat kemampuan mengatur dan
menterjemahkan informasi sensori motor. Mungkin menjadi sebagai penyebab dari
adanya masalah seperti kesulitan bicara, kesulitan konsentrasi, kekacauan sosial-emosional, gangguan
perilaku dan masalah-masalah lain.
1)
Masalah sensory integrasi
·
Gangguan Vestibular
(keseimbangan)
·
Gangguan Taktil (raba)
·
Gangguan Proprioseptif (sendi)
·
Gangguan Visual (penglihatan)
·
Gangguan Auditory (pendengaran)
·
Gangguan Olfaktory (penciuman)
·
Gangguan Gustatory ( rasa )
2)
Gejala 3 gangguan sensoris
·
Perabaan : Menghindari
sentuhan, nyeri toleransi yang tinggi, koordinasi yang buruk, membersihkan
tangan atau bagian tubuh lainnya sering, tidak suka dandan (menyikat gigi atau
rambut, dll), menempatkan tangan atau jari di mulut sering, terus bergerak, berjalan
berat atau pada jari kaki, menghindari tekstur tertentu dalam makanan, pakaian,
atau bahan lainnya, dan pakaian. Jalan jinjit atau sering membersihkan kaki dari kotoran atau saat
berjalan di tanah sering harus memakai sandal.
·
Auditori : Sangat sensitif
terhadap suara dengan frekuensi tertentu seperti suara gergaji listrik, suara
blender, suara bayi menangis atau suara melengking lainnya. Penderita juga
sangat sensitif dan sangat bereaksi terhadap suara keras, mudah marah atau
tampaknya mengabaikan orang lain, sering menutup telinga, berulang bersenandung
atau menyanyi untuk diri, menghindar kelompok besar orang, mendengarkan TV,
radio, dll, pada volume tidak wajar tinggi, terganggu oleh keributan
lingkungan, hambatan berbicara, merobek atau kertas berkerut atau barang-barang
seperti lainnya, dan ingin mengabaikan suara orang lain.
·
Visual : Mudah silau atau tidak
nyaman dengan sinar matahari atau lampu yang terang. Ditandai dengan gangguan
pandangan, saat memandang mainan, buku,
dll haris didekatkan ke wajah, posisi objek dalam baris, membuka dan menutup
berulang pintu atau laci, terus balik lampu dan mematikan, terpesona oleh benda
mengkilat atau reflektif (cermin, kaca, dll), gosok sering atau menyipitkan
mata dari mata, gelisah dengan gerakan terdekat di lingkungan, berolahraga
hati-hati, kadang saat berpindah antara
berbagai jenis penutup lantai, dan tampaknya terlalu sensitif terhadap cahaya.
3)
Gangguan Sensoris biasanya
disertai gangguan lain seperti:
·
Susunan safar pusat : sakit
kepala, migren, TICS (gerakan mata sering berkedip), kejang nonspesifik (kejang
tanpa demam dan EEG normal).
·
Gerakan motorik berlebihan pada
bayi : Mata sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa
dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun
atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala.
·
Gangguan tidur : Pada bayi :
malam sering terbangun sering dikira haus atau sering dikira ASI ibu kurang
sehingga minum ASI berlebihan, akibatnya berat badan anak naik berlebihan karena terlalu
banyak minum. Pada anak dan dewasa : sulit untuk memulai tidur malam atau tidur
larut malam, tidur bolak-balik dari ujung ke ujung tempat tidur, berbicara
,tertawa, berteriak atau berjalan saat tidur, mendadak terbangun duduk saat
tidur kemudian tidur lagi, mimpi buruk, “beradu gigi” atau gigi gemeretak atau
bruxism.
·
Agresif meningkat pada bayi :
sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat,
mencubit, menjambak (seperti “gemes”). Pada anak lebih besar : mudah memukul,
menggigit, mencubit. Pada dewasa : mudah memukul atau menampar orang lain,
berlaku kasar terhadap anak , istri atau suami.
·
Gangguan konsentrasi : cepat
bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi, main game, baca komik,
belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan
barang, tidak mau antre, pelupa, suka “bengong”.
·
Emosi tinggi : mudah marah,
sering berteriak, mengamuk, tantrum, keras kepala, negatifisme dan mudah
menyangkal sangat tinggi.
·
Depresi dan mudah cemas : mudah
marah, sedih berlebihan, mudah tersinggung, sering kesepian, mudah menangis
meski masalahnya ringan
·
Gangguan keseimbangan
koordinasi dan motorik : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan.
Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak.
·
Gangguan oral motor : terlambat
bicara, bicara terburu-buru, cadel, gagap. Gangguan mengunyah menelan: ,
seringkali pilih bila makan hanya suka makan krispi, kerupuk atau yang renyah
(sayur hanya wortel, brokoli, kentang, bayam). Tidak bisa makan makanan
berserat (daging sapi, sayur tertentu, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan
gigi. pada dewasa seringkali makan sangat cepat tanpa dikunyah.
·
Impulsif : banyak bicara, tertawa
berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain, bila bicara sangat cepat
banyak dan sulit berhenti. Menangis dan tertawa berubah bergantian dengan
cepat.
4)
Cermati tanda dan gejala
gangguan saluran cerna pada penderita alergi yang menyertai penderita gangguan
sensoris.
Pada
penderita gangguan sensoris sering disertai gangguan hipersensitif saluran
cerna atau alergi saluran cerna. Gangguan saluran cerna sebagai sindrom atau
kesatuan gangguan alergi asma, rinitis, dermatitis dan gangguan alergi lainnya.
Penderita alergi
biasanya tidak hanya mengalami satu gejala saja, misalnya asma, hidung,
dermatitis (alergi kulit) atau hanya saluran cerna. Penderita alergi biasanya
terganggu beberapa organ tubuhnya khususnya saluran cernanya secara bersamaan
meski dalam bentuk ringan.
Sedangkan
dokter ahli pernapasan atau paru hanya memandang asma sebagai masalah utama,
padahal penderita asma juga sering mengalami gangguan saluran cerna seperti
gastrooesephageal refluks, mual atau nyeri perut.
Alergi
makanan harus dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini
bila terdapat gangguan saluran cerna. Bila hal ini terjadi maka seringkali
terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Sehingga sering
overdiagnosis, bahwa penyebab alergi adalah debu dan udara dingin, padahal
alergi makanan sangat mungkin berperanan penting.
Gangguan
saluran cerna yang terjadi adalah :
Pada
Bayi : bayi mengalami gastrooesepageal refluks, sering muntah/gumoh, kembung,
buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari,
BAB >3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau, hitam dan
berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis,
inguinalis atau hidrokel. Air liur berlebihan. Lidah atau mulut sering timbul
putih, bibir kering dan kadang kehitaman sebagian.
5) Penanganan
Anak-anak
yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik. Sehingga
bisa dilakukan terapi sensoris meski terjadi pada anak normal. nIntervensi dini
merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau memang berjalan
jinjit karena gangguan sensorik. Kebanyakan kondisi ini akan membaik sendiri selama
masa kecil. Pengobatan penderita gangguan sensoris dengan disertai jalan jinjit
jarang diperlukan untuk anak-anak yang berusia 6 tahun ke bawah.
Penderita
jalan jinjit disertai pemendekan tendon Achilles atau otot betis. Mungkin
diperlukan operasi. Bila gangguan sensoris disertai gangguan alergi saluran cerna sebaiknya
dikonsultasikan pada dokter alergi atau ahli lainnya.
6) Terapi Sensoris
·
Tidur telentang dan diam (tidak
bergerak). Terapi ini bertujuan agar si kecil mampu merasakan (aware)
keberadaan dirinya.
·
Usapan meyeluruh dari kepala,
bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki bertujuan untuk
menenangkan,relaksasi otot-otot yang tegang.
·
Usapan di bagian kepala,
termasuk mata,
hidung, mulut, telinga. Bertujuan untuk relaksasi mengurangi sensitivitas
pancaindra, dan meningkatkan awareness terhadap organ indra.
·
Usapan berbentuk angka 8 di
pinggang ke paha, juga dari dada ke lengan. Berfungsi sebagai brain gym pasif,
salah satu bentuk stimulasi untuk melatih koordinasi gerak tubuh.
·
Usapan di Tendon Guard (lipatan
bahu, bawah rusuk, atas tulang panggul). Bertujuan untuk relaksasi tendon
sekaligus mengencangkan otot-otot yang lembek.
·
Usapan di kaki. Bertujuan untuk
melatih reflex babinski. Bagi yang refleksnya terlalu besar, dikurangi.
Biasanya, ini dilakukan pada anak yang berjalan jinjit.
·
Tidur miring, diusap sepanjang
sisi abdomen. Bertujuan untuk mengenalkan reflex gallant (keseimbangan kanan
dan kiri). Saat masa sekolah, ini bisa mengurangi resiko kesulitan belajar.
·
Usapan di bahu (mobilisasi
bahu) bertujuan agar pada anak-anak kebutuhan khusus, biasanya, bahunya selalu
naik karena tegang (sikap defensif). Usapan berguna untuk merilekskan dan
mengurangi sensitivitas bahu.
ü Deteksi Dini Gangguan
Sensory Processing Disorders Anak usia 0-2 tahun
1.
Mandi, berpakaian, sentuhan
-
Marah / menangis pada saat memakai atau mengganti popok.
-
Hanya suka pada jenis pakaian tertentu, tidak suka dengan tekstur kain
tertentu.
-
Tidak suka/ menangis, ketika mandi, keramas dan muka dibasuh atau
dibersihkan
-
Suka memakai baju lengan panjang meskipun hari panas.
-
Tidak suka jenis permainan yang amburadul seperti bermain bedak, tepung,
air.
-
Tidak mudah merasa sakit, ketika jatuh, terantuk atau tidak menangis ketika
disuntik.
2.
Gerakan (movement):
-
Pada tahap perkembangan motorik, anak tidak melalui tahapan merangkak atau
tahap merangkaknya pendek.
-
Tidak bisa diam: banyak gerak, lari-lari,lompat-lompat, berayun.
-
Tidak suka atau menangis, ketika diayun.
-
Mudah jatuh, kikuk, keseimbangan tubuh kurang bagus, mudah jatuh,
sering menabrak benda (setelah usia 1 tahun).
-
Takut atau ragu-ragu bergerak di permukaan yang tidak rata atau takut
bergerak pada permukaan yang tidak sama (misalnya dari lantai keramik ke
karpet).
3. Pendengaran,
Bahasa dan Suara:
-
Tidak suka atau menghindar dari bunyi-bunyian tertentu (musik, vacuum
cleaner, hair dryer, flushing toilet).
-
Organ pendengaran normal tapi ketika dipanggil namanya, anak tidak merespon
/ menoleh.
-
Tidak ada/ sedikit fase mengoceh (babbling).
-
Sangat mudah terganggu / beralih perhatian pada suara
tertentu (suara iklan TV).
4. Penglihatan
(visual):
-
Sensitif pada sinar terang (kilat foto, matahari).
-
Menghindari kontak mata.
-
Sulit untuk memusatkan perhatian pada satu benda/permainan
-
Takut atau sebaliknya sangat suka pada pola-pola tertentu.
5. Kemampuan
bermain:
-
Tidak bisa melakukan permainan meniru (usia lebih dari 10
bulan).
-
Tidak bisa diam, bergerak terus dan tidak dapat melakukan permainan yang
bermakna (lebih dari 15 bulan).
-
Sering merusak barang (melempar, membanting.
-
Fokus dengan satu permainan dan dilakukan berulang-ulang.
6. Emotional
:
-
Lebih suka bermain dengan benda / mainan daripada dengan orang.
-
Tidak ada komunikasi dua arah (hubungan timbal balik antara antara anak
dengan orang tua / pengasuh).
-
Menyakiti diri sendiri dan orang lain (membenturkan
kepala, memukul, menggigit, menjambak).
kepala, memukul, menggigit, menjambak).
-
Tidak mencari kedekatan dengan orangtua atau pengasuh.
-
Semua orang yang berada di sekitar anak, sering kali tidak tahu
keinginan anak
7. Perhatian
(attention):
-
Mudah berali perhatian, sulit untuk fokus pada satu kegiatan /
permainan.
-
Terlalu fokus pada satu kegiatan / permainan (acara TV, iklan TV,
roda berputar, dan lainnya).
8. Pola
tidur dan makan:
-
Sulit untuk memulai tidur. Perlu cara khusus untuk menidurkan anak,
misalnya harus diayun-ayun, naik mobil, digendong sambil berjalan.
-
Mengalami kesulitan dalam menyedot, mengu-nyah, dan menelan makanan.
-
Tidak dapat menahan air liur atau ngiler yang terlalu berlebihan.
-
Hanya suka pada jenis makanan tertentu, tidak mau mencoba makanan baru.
9. sistem
vestibuler
Reseptor indera vestibuler
terletak di dalam telinga tengah. Reseptor ini menerima stimulasi dari gerakan
kepala dan gaya tarik bumi. Indera vesitbuler memberikan informasi tentang
posisi tubuh kita dalam ruangan, sehingga kita dapat membedakan apakah kita
atau ruangan yang bergerak.
Anak dengan sistem
vestibuler kurang peka, menunjukkan perilaku berikut:
-
tidak bisa duduk dengan tenang, banyak bergerak
-
tidak cepat pusing bila berputar atau berayun
-
perlu bergerak untuk memusatkan perhatian pada suatu tugas
Anak
dengan sistem vestibuler terlalu peka, menunjukkan perilaku berikut:
-
takut bergerak, naik turun tangga, berdiri pada satu kaki
-
mudah mabuk bila naik mobil, ayunan
-
tidak suka pada posisi kepala di bawah
Selain
itu anak tersebut mungkin pula mendapat kesulitan berikut:
-
Sulit menaksir jarak di antara benda-benda
-
Sulit menulis
-
Sulit menentukan arah dan membedakan kiri kanan
-
Sulit melakukan aktivitas motorik halus yang memerlukan ketepatan:
menggunting dan menempel
10.
Sistem Proprioseptif
Reseptor indera proprioseptif terletak di dalam otot
dan persendian. Reseptor ini menerima stimulasi bila otot melakukan gerakan
secara aktif. Indera proprioseptif memberikan informasi tentang posisi
bagian-bagian tubuh kita.
Gangguan pada sistem proprioseptif, mungkin terlihat
sebagai:
·
gerakan kikuk dan tidak terkoordinasi
·
sering tersandung atau jatuh
·
tidak dapat mengerjakan sesuatu tanpa melihatnya
·
sulit memperkirakan kekuatan yang diperlukan untuk melakukan tugas.
·
memerlukan stimulasi tambahan, misalnya jalan dengan berjinjit,
menghentakkan kaki dengan kuat, menutup pintu dengan membantingkan daun pintu,
dll.
11.
sistem taktil
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan
beberapa lokasi selaput lendir. Indera taktil memberikan informasi tentang
kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah gerak dari input
taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu
sistem taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (= fungsi
protektif).
Anak dengan sistem taktil kurang peka, menunjukkan
perilaku berikut:
-
tidak menyadari kalau barang yang dipegangnya jatuh
-
kurang merasa kalau terbentur/luka
-
tidak dapat membedakan benda yang dipegang tanpa melihat
-
hambatan perkembangan motori halus
-
sulit menguasai keterampilan praktis
Anak dengan sistem taktil terlalu peka, menunjukkan perilaku berikut:
-
menunjukkan reaksi negatif bila tersentuh secara tiba-tiba
-
menolak untuk berbaris bersama anak-anak lain
-
memukul teman karena tidak mau berdekatan
-
tidak suka aktivitas yang “kotor” misalnya main tanah liat, memegang lem,
mempergunakan cat dengan jari, telanjang kaki di rumput dsb.
-
tidak suka memakai baju dengan tekstur tertentu
-
tidak nyaman bila diseka mukanya, disisir rambutnya ataupun dcukur
-
sangat “pembersih”, bila makan bolak-balik mengelap mulutnya agar bersih
ü Penyebab gangguan SI
Berbagai
penelitian menemukan beberapa faktor, yang mungkin berperan dalam menimbukan
gangguan pada otak, sehingga otak kurang mempu memproses informasi sendorik
dengan baik. Faktor-faktor tersebut adalah:
a.
Ketika anak masih dikandung: ibu mungkin mengalami kurang gizi, kenaikan
tekanan darah, menderita penyakit infeksi, mempunyai kebiasaan merokok, minum
alkohol, penyalahgunaan pemakaian obat.
- Ketika anak lahir, mungkin mengalami kesulitan sehingga perlu pertolongan khusus (lahir dengan alat, operasi, lahir spontan tapi tidak segera menangis).
- Setelah lahir, mungkin anak menjadi kuning pada 4 minggu pertama, mengalami demam tinggi/kejang.
- Faktor keturunan atau genetik
ü Biasanya masalah SI
ditemukan menyertai beberapa gangguan perkembangan berikut:
·
ADHD: Attention Deficit and Hiperactivity
·
Gangguan Spektrum Autism
·
Gangguan belajar spesifik, gangguan perkembangan: bahasa, dsb
ü Penilaian
masalah SI :
Pemeriksaan SI terdiri dari tes khusus dan observasi dari respons anak
terhadap berbagai input sensorik, keseimbangan dan postur tubuh, koordinasi
gerakan bagian-bagian tubuh, gerakan mata keterampilan motorik kasar dan halus.
Kadang-kadang perlu juga memperhatikan anak ketika bermain / belajar di
sekolah. Pemeriksaan yang lengkap biasanya memerlukan waktu 1-2 jam. Para
orangtua sebaiknya menanyakan di mana pemeriksa mendapatkan pendidikan atau
pelatihan mengenai masalah SI tersebut.
Hasil pemeriksaan SI tersebut kemudian dianalisa bersama-sama dengan keterangan dari orang tua dan hasil pemeriksaan para ahli lainnya. Setelah dianalisa, mungkin anak tersebut akan disarankan mengikuti terapi SI.
Hasil pemeriksaan SI tersebut kemudian dianalisa bersama-sama dengan keterangan dari orang tua dan hasil pemeriksaan para ahli lainnya. Setelah dianalisa, mungkin anak tersebut akan disarankan mengikuti terapi SI.
Terapi SI :
Terapi ini dirancang untuk memberikan input vestibuler, propriosentif,
taktil, auditory, visual dan sebagainnya sesuai dengan kebutuhan anakn dalam bentuk
permainan yang menantang. Sedikit demi sedikit aktivitas dipersulit agar anak
dapat mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik yang lebih baik.
Terapi SI biasanya diberikan 1-2 kali seminggu, tiap kali kira-kira 1-1,5
jam, tergantung kebutuhan anak dan ketersediaan sarana terapi. Lamanya terapi
berkisar antara 6 bulan-2 tahun. Kadang-kadang ada anak yang memerlukan terapi
secara periodik, misalnya 6 – 8 bulan, kemudian diulangi beberapa waktu
kemudian.
B. Profil Anak
a) Data Anak
Nama anak :
Vanila Gultom
Tempat, tanggal lahir :
Banjarmasin, 20 Febuari 2013
Umur :
16 Bulan
Anak ke/dari :
2/ dari 2 bersaudara
Agama :
Islam
Status dalam keluarga :
anak kandung
Nama Ayah :
Anwar syadat Gultom
Nama Ibu :
Linda Mentari
b) Hasil Asesmen
1. Kemampuan Anak
ü Perkembangan Senso-Motorik :
-
Berjalan dengan dituntun
-
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama
-
Anak dapat berjalan sendiri
-
Anak mampu memungut benda-benda kecil dengan jari-jari tangannya
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
-
Anak dapat bertepuk tangan dan minum sendiri dengan gelas tanpa tumpah
-
Rasa ingin tahu yang besar
-
Mulai mengenal dengan lingkungan sekitarnya
-
Sudah bisa mengenal anggota keluarga
-
Takut dengan orang yang baru dikenal
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
ü Perkembangan Bicara
-
Usia 1 tahun
mulai mengucapkan kata-kata
-
Anak bisa mengerti dan menunjuk
benda-benda umum jika disuruh. Kemampuan ini meningkat meliputi benda-benda
yang sedang tidak dilihat oleh anak.
-
Banyak bunyi yang dibuat di
bagian depan mulut (b, p, m, n) dikombinasi dengan bunyi vokal
-
Bisa
menirukan ucapan orang lain.
ü Sistem Reseptor
-
Ada ekspresi
takut, senang, sedih dan marah dengan lingkungannya
-
Sudah
mengenali anggota keluarganya dari jarak jauh
-
Mengenal
suara anggota keluarganya
-
Menyadari
suara ketika ia dipanggil
-
Bermain aktif
dengan mainannya
-
Senang
bejoget ketika mendengar musik
-
Senang
meloncat ditempat tidur
-
Senang
berguling
-
Senang naik
turun ditumpukan bantal
-
Senang
membuka menutup pintu lemari
-
Dapat
melempar mainan
-
Senang
bermain didepan cermin
-
Senang naik
turun diatas kursi
-
Dapat membuka
tutup gorden
ü Motorik
-
Bermain dengan balok – balok
-
Memasukkan dan mengeluarkan
benda
-
Memasukkan benda yang satu ke
benda yang lain
-
Meniup dan
membuat untaian
2. Hambatan
ü Segi Perkembangan Motorik
:
-
Anak belum mampu menendang bola
-
Anak belum mampu berjalan mundur untuk beberapa langkah
-
Anak belum mampu menangkap bola
-
Tidak bisa menggosok tangan
-
Tidak bisa berjalan jinjit
ü Segi Perkembangan Sensori
-
Tidak begitu aktif dengan permainan berputar
ü Pertumbuhan fisik
-
Mulai tumbuh gigi di umur 10 bulan
-
Umur 16 bulan masih punya 5 gigi
c) Tindak Lanjut
1. Kebutuhan
ü Dalam motorik kasar anak
memerlukan latihan-latihan stimulus motorik kasar
ü Melakukan kegiatan
bersepeda untuk melatih keseimbangan, karena anak akan menjalankan dengan
jinjit
ü Lakukan permainan
menggunakan bola dan arahkan bola mengelilingi anak
2. Rekomendasi
ü ajak anak anak di sore
hari bermain di luar rumah dan bermaina sepeda, berikan anak kebebasan untuk
melakukan gerakan nya sendiri, tapi tetap dalam pengawasan orang tua.
ü Berikan anak
stimulus-stimulus dengan gerakan (pijatan lembut) saat mandi dan sehabis mandi,
untuk stimulus perkembangan anak
ü Luangkan waktu untuk
mengajak anak bermain untuk melatih keseimbangannya, salah satunya permainan
bola dan bola itu akan menjadi dayan tarik anak dan lakukan bola memutar atau
mengelilingi sekitar tubuh anak.
d) Program Pembelajaran Individual
I.
Identitas
1.
Nama anak : X
2.
Usia : 16 bulan
3.
Materi : tahap perkembangan
4.
Aspek : Motorik kasar dan Keseimbangan
II.
Tujuan Pelatihan
2.1
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang aspek motorik kasar dan keseimbangan : anak dapat berkembang
dengan baik, berjalan dan melakukan gerakan-gerakan secara seimbang.
2.2
Tujuan Jangka Pendek
a.
Kemampuan Menangkap Bola.
·
Memegang bola
·
Mengambil
bola dari posisi berdiri dilantai
·
Melempar bola
·
Menangkap
bola
b.
Kemampuan keseimbangan mengendalikan benda.
·
Duduk diatas
sepeda dengan benar.
·
Memegang bola
denga satu tangan.
·
Menjalankan
sepeda dengan kedua kaki
I.
Materi
·
Menangkap
bola
·
Mengendalikan
benda.
I.
Kegiatan Pembelajaran
·
Memberi contoh gerakan menangkap bola.
·
Mengarahkan
lemparan bola.
·
Mengarahkan jalannya
sepeda
·
Meminta anak
mengambil bola.
·
Meminta anak
melempar bola.
·
Meminta anak
naik sepeda.
II.
Evaluasi
·
Anak
melakukan gerakan secara perlahan dan bertahap.
·
Anak sulit
melakukan apa yang diperintahkan
·
Perlu
kesabaran untuk melatih anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahap perkembangan Anak usia 12-18 bulan
-
Berjalan dengan dituntun
-
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama
-
Rasa ingin tahu yang besar
-
Mulai mengenal dengan lingkungan sekitarnya
-
Sudah bisa mengenal anggota keluarga
-
Takut dengan orang yang baru dikenal
-
Anak mampu memahami bahwa benda
tetap ada meskipun ntuk sementara waktu hilang dan akan muncul
lagi diwaktu lain
-
Anak mulai mampu mencoba
sesuatu
-
Anak mampu menentukan tujuan
kegiatan tanpa tergantung kepada orangtua
-
Anak diberi makanan
yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
-
Anak dapat berjalan sendiri
-
Belajar menendang dan melempar bola
-
Anak mampu memungut benda-benda kecil dengan jari-jari tangannya
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
-
Anak dapat bertepuk tangan dan minum sendiri dengan gelas tanpa tumpah
Dari hasil asesmen anak menunjukkan :
1.
Kemampuan Anak
ü Perkembangan Senso-Motorik :
-
Berjalan dengan dituntun
-
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama
-
Anak dapat berjalan sendiri
-
Anak mampu memungut benda-benda kecil dengan jari-jari tangannya
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
-
Anak dapat bertepuk tangan dan minum sendiri dengan gelas tanpa tumpah
-
Rasa ingin tahu yang besar
-
Mulai mengenal dengan lingkungan sekitarnya
-
Sudah bisa mengenal anggota keluarga
-
Takut dengan orang yang baru dikenal
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
ü Perkembangan Bicara
-
Usia 1 tahun
mulai mengucapkan kata-kata
-
Anak bisa mengerti dan menunjuk
benda-benda umum jika disuruh. Kemampuan ini meningkat meliputi benda-benda
yang sedang tidak dilihat oleh anak.
-
Banyak bunyi yang dibuat di
bagian depan mulut (b, p, m, n) dikombinasi dengan bunyi vokal
-
Bisa
menirukan ucapan orang lain.
ü Sistem Reseptor
-
Ada ekspresi
takut, senang, sedih dan marah dengan lingkungannya
-
Sudah
mengenali anggota keluarganya dari jarak jauh
-
Mengenal
suara anggota keluarganya
-
Menyadari
suara ketika ia dipanggil
-
Bermain aktif
dengan mainannya
-
Senang
bejoget ketika mendengar musik
-
Senang
meloncat ditempat tidur
-
Senang
berguling
-
Senang naik
turun ditumpukan bantal
-
Senang
membuka menutup pintu lemari
-
Dapat
melempar mainan
-
Senang
bermain didepan cermin
-
Senang naik
turun diatas kursi
-
Dapat membuka
tutup gorden
ü Motorik
-
Bermain dengan balok – balok
-
Memasukkan dan mengeluarkan
benda
-
Memasukkan benda yang satu ke
benda yang lain
-
Meniup dan
membuat untaian
2. Hambatan
ü Segi Perkembangan Motorik
:
-
Anak belum mampu menendang bola
-
Anak belum mampu berjalan mundur untuk beberapa langkah
-
Anak belum mampu menangkap bola
-
Tidak bisa menggosok tangan
-
Tidak bisa berjalan jinjit
ü Segi Perkembangan Sensori
-
Tidak begitu aktif dengan permainan berputar
ü Pertumbuhan fisik
-
Mulai tumbuh gigi di umur 10 bulan
-
Umur 16 bulan masih punya 5 gigi
Jadi, dalam perkembangan anak sesuai dengan tahapan usia kronologinya,
tetapi ada tahapan anak yang belum tercapai seperti motorik kasar untuk
melempar dan keseimbangan tubuhnya. Serta terlambatnya perkembangan pada
pertumbuhan gigi anak.
Anak hanya memerlukan gerakan-gerakan permainan yang dapapt menstimulus
sistem inderanya. Orangtua juga hanya memerlukan komunikasi dengan anak untuk
mengerti tahap perkembangannya.
B. Saran
Untuk
orangtua agar dapapt mengetahui perkembangan anak dan peka terhadap reaksi anak.
Menjadi orangtua yang telaten dalam menyikapi perkembangan anak. Sering
menjalin komunikasi terhadap anak guna stimulus perkembangan bicaranya.
Untuk
para calon orangtua agar lebih dulu belajar tentang bagaimana tahap
perkembangan anak sesuai umurnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriana dian. 2011. Tumbuh
Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.
Denpasar : Salemba Medika
Anonim. 2008. Pertumbuhan
dan Perkembangan Bayi. Diakses dari http://baby-afiif.blogspot.com/2008/10/pertumbuhan-dan-perkembangan-bayi-0-12.html.
Ayres, J.A., 1979:
Sensory Integration and The Child,Los
Angeles: Western Psychological Service. Diakses dari http://www.beritakaget.com/berita/2069/gangguan-sensoris-pada-anak.html
Donna, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta
: EGC.
Dunn, W. (2002): Infant Toddler Sensory Profile,
USA:Therapy Skill Builders And The Psychological Corporation. Diakses dari http://www.beritakaget.com/berita/2069/gangguan-sensoris-pada-anak.html
Direktorat Jendral Bina Gizi Dan
Kesehatan Ibu Dan Anak. 2012. Petunjuk
Pelaksanaan Surveilans Gizi.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Diakses dari http://ummuyusufabdurrahman.wordpress.com/2012/06/14/perkembangan-bayi-usia-15-16-bulan/
Fackler A (2005). Sensory
motor development.
Pellegrino L (penyunting). Diakses dari http://health.yahoo.com/pregnancy-resources/sensory-and-motor-development-between-1-and-12-months-of-age/healthwise–ue5465.html
Harriet G. William. 1983. Perceptual and Motor Development. USA :
Prentice-Hall, Inc.
Hembing Wijayakusuma.
2004. Psikoterapi Anak Autisma.
Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku
Saku Pratikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu
Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/perkembangan.bahasa.bayi.612.bulan/001/007/1009/3
Kresnawan dkk. 2006. Pedoman
Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Diakses dari http://lan-tacul.blogspot.com/2012/06/penilaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html
Losquadro Liddle, Tara (2004). Why motor skills matter: improve your child’s physical development to
enhance learning and self esteem. USA. Diakses dari http://health.yahoo.com/pregnancy-resources/sensory-and-motor-development-between-1-and-12-months-of-age/healthwise–ue5465.html
Mahdalena. 2013. Ananda Berkebutuhan Khusus Penanganan
Perilaku Sepanjang Rentang Perkembangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Masitoh, M.Pd dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif Di
Taman Kanak-Kanak.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Meadow Roy, dkk. 2005. Lecture Notes Pediatrika edisi ketujuh. Jakarta
: PT. Erlangga
Ratih Zimmer
Gandasetiawan. 2009. Mendesain Karakter
Anak melalui Sensomotorik. Jakarta : Libri.
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta :
EGC.
Suriati. 2006. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto. Diakses dari http://lan-tacul.blogspot.com/2012/06/penilaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html.
Suyanto, Slamet Dkk. 2005. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Undy, A.C., Lane,
S.J., Murray, E.A. (2002): Sensory
Integration Approach: Theory and Practise, Second Edition, Philadelphia:
F.A. Davis Company. Diakses dari http://www.beritakaget.com/berita/2069/gangguan-sensoris-pada-anak.html
LAMPIRAN
KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK USIA 0-16 BULAN
KOMPONEN
|
RUANG LINGKUP
|
INDIKATOR IDENTIFIKASI
|
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Sensomotorik
|
1. Pertumbuhan Fisik
|
|
2. Perkembangan Senso-Motorik
|
|
|
3. Perkembangan Bicara Anak
|
|
|
4. Perkembangan Sistem Reseptor
|
|
|
5. Perkembangan Motorik
|
|
1.
LEMBAR OBSERVASI
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERTUMBUHAN
FISIK
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Berat badan
|
1. Berat badan anak saat lahir antara 2,5-3 kg
2. Usia 1-3 bulan kenaikan berat badan anak
bertambah 700 gr
3. Usia 4-6 bulan kenaikan berat badan anak
bertambah 600 gr
4. Usia 7-9 bulan kenaikan berat badan anak
bertambah 600 gr
5. Usia 10-12 bulan kenaikan berat badan anak
bertambah 300 gr
6. Usia 12-18 bulan kenaikan berat badan anak
bertambah 1,5 kg
|
|||
2.
Panjang
Badan
|
1. Panjang badan saat lahir 48-50 cm
2. Usia 1-6 bulan panjang badan bertambah 2,5
cm/bulan
3. Usia 1-6 bulan panjang badan bertambah rata-rata
25-30 cm
4. Usia 16-18 bulan panjang badan bertambah 12,5 cm
|
|||
3.
Lingkar
Kepala
|
1. Lingkar kepala saat lahir 33-35 cm
2. Usia 1-6 bulan rata-rata bertambah 1,5 cm/ bulan
3. Usia 12 bulan kenaikan lingkar kepala hingga 10
cm
|
|||
4.
Anggota
Badan Lain
|
1. Pertumbuhan gigi susu pertama di usia 6-8 bulan
2. 12 bulan memiliki 6-8 gigi
3. Ubun-ubun depan menutup pada usia 9-18 bulan
|
Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
- Min. 3 indikasi yang menunjukkan tahap perkembangan anak sama dengan tugas perkembangan secara umum.
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN
SENSO-MOTORIK
(OBSERVASI)
IDENTITAS :
Nama : Jenis
Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Kemampuan
|
1. Usia 1-30 hari
- Bayi mampu mengisap ASI dengan baik
- Dapat menggerakkan kedua lengan, kaki (kedua tungkai)
secara mudah dan aktif
2. Usia 0-1 bulan
- Mampu menggerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
- Mampu mengasimilasi dan akomodasi berbagai pesan
yang diterima dari lingkungan
- Mengisap
- Menggerakkan tangan dan kepala
- Mengisap benda yang ada disekelilingnya saat
bermain
- Mangangkat bahu
3. Usia 2-4 bulan
-
kebiasaan mengisap ibu jari
-
bisa menggerakkan kepala
kekanan, kekiri dan ketengah
-
sudah mulai mengoceh
-
Bayi dapat menggenggam benda/mainan yang di sentuhkan pada ujung jari dan
telapak tangan selama beberapa saat.
-
bisa berbalik badan dari
telungkup ke telentang
-
bisa mengangkat kepala 90 derajat
-
mulai memperluas jarak
pandangnya
-
sudah mulai bisa menggenggam
benda
-
Pada saat telengkung, leher bayi sudah kuat menyangga kepalanya
-
menegakkan/mengangkat kepalanya mengikuti gerakan badan.
4. Bayi usia 4-6 bulan
-
Bayi dapat mengguling-guling dan berbalik dari terlentang ke telungkup
atau sebaliknya.
-
Bayi dapat meraih benda yang berada dalam jangkauan tangannya dan mencari
benda yang dipindahkan.
-
bisa bermain sendiri
-
diatas ranjang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi jika talinya
dipegang.
5. Bayi usia 6-9 bulan
-
Bayi mulai belajar duduk sendiri
-
Bayi mampu memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
-
Bayi dapat memegang dan makan kue sendiri tanpa di bantu
-
anak melakukan ekperimen misal, anak diberi
makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
-
sudah bisa duduk sendiri
dengan sikap sila
-
bisa bertepuk tangan
-
sudah bisa merangkak menuju
suatu benda
-
bisa memindahkan benda dari
tangannya ke tangan lain
-
sudah bisa mengeluarkan
kata-kata ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, pa-pa-pa
6. Bayi usia 9-12 bulan
-
Bayi dapat merangkak dan mulai belajar sendiri tanpa bantuan
-
Bayi mulai belajar berjalan dengan berpegangan
-
Bayi mampu meraup benda-benda kecil seperti kacang dengan jari-jari
tangannya
-
Bayi mampu mengatakan / menyebut suku kata yang sama misalnya ma-ma,
pa-pa
-
Mulai mengangkat badannya dengan posisi berdiri
-
Bisa menggenggam benda dengan erat
-
Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk mengambil mainan
-
Setelah bisa mengangkat badannya, anak mulai berpegangan pada kursi atau meja selama
kurang lebih 30 detik
7.
Anak usia 12-18 bulan
-
Berjalan dengan dituntun
-
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama
-
Anak dapat berjalan sendiri
-
Belajar menendang dan melempar bola
-
Anak mampu memungut benda-benda kecil dengan jari-jari tangannya
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
-
Anak dapat bertepuk tangan dan minum sendiri dengan gelas tanpa tumpah
|
|||
2.
Reaksi
|
1. Usia 1-30 hari
- Bayi memberikan reaksi
dengan melihat ke sumber cahaya dan mata bayi kadang-kadang dapat menatap ke
mata ibunya.
- Bayi mulai mengeluarkan
suara, mengoceh, selain menangis.
2.
Usia 0-1
bulan
- Bila kita menyentuh
tangannya, ia akan refleks menggenggam.
- Ia belum menyadari
keberadaan tangannya dan belum mampu memfokuskan pandangannya.
- matanya sudah bisa tertuju pada benda-kecil
3. Usia 2-4 bulan
-
reaksi terkejut jika
mendengar suara keras
-
bisa
membalas senyuman
-
sudah mulai mengoceh
-
tertawanya sudah mulai keras
-
mulai mengenal ibu dengan
penglihatan, pendengaran, penciuman ataupun kontak
4. Bayi usia 4-6 bulan
-
Bayi akan mencari dan menengok kearah sumber suara
-
mulai tertarik dengan mainan
yang ada bunyi-bunyiannya
-
matanya sudah bisa tertuju
pada benda-kecil
-
diatas ranjang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi jika talinya
dipegang.
5. Bayi usia 6-9 bulan
-
Jika melihat benda yang menarik, bayi akan tertawa/berteriak.
-
Bayi akan menirukan bunyi dan suara yang di dengarnya.
6. Bayi usia 9-12 bulan
-
Bayi mengenali orang yang sudah dikenal dan takut pada orang belum di
kenal
-
Mulai
senang melakukan sesuatu kedalam mulut
-
Senang
diajak main cilukba
7.
Anak usia 12-18 bulan
-
Rasa ingin tahu yang besar
-
Mulai mengenal dengan lingkungan sekitarnya
-
Sudah bisa mengenal anggota keluarga
-
Takut dengan orang yang baru dikenal
-
Anak dapat mengungkapkan keinginan dengan ucapan yang sederhana
|
Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
- Min. 5 indikasi yang menunjukkan tahap perkembangan anak sama dengan tugas perkembangan secara umum.
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK
PERKEMBANGAN BICARA
(OBSERVASI)
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Meraban
|
1.
saat lahir
bayi langsung menangis
2.
bulan-bulan
awal kelahiran reaksi anak dengan menangis, tersenyum, menjerit dan tertawa
3.
ekpresi
kata tanpa makna
4.
menangis
karna lapar, sakit, ingin digendong, marah dan mengantuk
|
|||
2.
Bahasa
tubuh
|
1. Apabila anak menginginkan sesuatu dengan
mengangkat lengan, kaki, menolehkan kepala dan tersenyum
|
|||
3.
Holofrastik (mengucapkan kata
|
1.
Usia 1
tahun mulai mengucapkan kata-kata
2. Ucapan 1 kata dengan makna yang diperluas
|
|||
4.
Ocehan bayi
(babbling)
|
1. Sekitar 1-6 bulan anak mampu mengenali suara
orang yang membuatnya merasa nyaman
2. Mulai menolehkan kepala disumber suara dan
tersenyum
3. Mereka tahu suara orang yang dikenalnya
4. Mereka tahu suara orang yang dikenalnya bila
sedang marah
5. Di usia 7-12 bulan anak mulai
mengerti bahwa benda mempunyai nama dan akan melihat atau mengarah ke benda
yang disebutkan
6. Mendekati 12 bulan, anak mampu mengikuti perintah-perintah
sederhana dan mengenali namanya sendiri serta beberapa bagian tubuh seperti
mata, hidung, mulut, dll.
7. Usia 13-36 bulan di awal
tahap ini, anak bisa mengerti dan menunjuk benda-benda umum jika disuruh.
|
|||
5.
Receptive language
|
1.
Ketika mendekati 12 bulan
-
Anak mulai menggunakan
ungkapan yang mirip kata-kata untuk menamai benda.
-
Jika kata-kata ini digunakan
secara konsisten, bisa dianggap sebagai kata-kata yang mempunyai arti.
2.
Usia 13-36
bulan
-
Di awal fase ini, anak-anak
mencampur-adukkan kata-kata dengan ocehan.
-
Mendekati akhir fase ini,
kosa kata anak berkembang hingga meliputi 200 kata
-
Anak-anak juga mampu menamai
benda-benda umum dan menggabungkan 2-3 kata menjadi suatu kalimat.
|
|||
6.
Phoneme
development
|
1.
Usia 1-6
bulan bunyi-bunyi vokal (a,i,u,e,o) adalah yang
umumnya pertama digunakan anak-anak.
2.
Anak akan mulai mendengar perkembangan awal bunyi konsonan, misalnya
konsonan yang dibuat di bagian belakang mulut (/k/ atau /g/).
3.
Usia 7-12
bulan
-
seiring dengan bunyi /k/ dan
/g/
-
Anda mulai mendengar lebih
banyak bunyi yang dibuat di bagian depan mulut (b, p, m, n) dikombinasi
dengan bunyi vokal.
-
Anak-anak juga bermain dengan
suara, atau mengkombinasi konsonan dan vokal dengan pola mengulang.
4.
Usia 13-36
bulan bunyi “n,t,d,h,k, dan g”.
5.
Pola bicara bisa meliputi
penggunaan konsonan /r/ digantikan dengan /w/.
|
Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
- Min. 3 indikasi yang menunjukkan tahap perkembangan anak sama dengan tugas perkembangan secara umum.
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK
PERKEMBANGAN SISITEM RESEPTOR
(OBSERVASI)
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Sistem
indera taktil
|
1.
Usia 0-30
hari anak merasakan sentuhan ibunya dan membuatnya tenang
2.
Merasakan
reaksi sakit, gatal, geli
3.
Merasakan
reaksi panas, dingin di usia kira-kira 1-10 bulan
4.
Suka denagn
mainan yang bertekstur diusia ia sudah mulai bermain
5.
Mulai ada
ekspresi takut, senang, sedih dan marah dengan lingkungannya
|
|||
2.
Visual
|
1. Anak sudah mengenali ibunya dari jarak dekat
2. Anak mulai senang melihat benda-benda yang
berputar
3. Anak senang dengan berda/mainan yang berwarna
kontras
4. Anak senang memainkan dengan cahaya lampu
5. Sudah mengenali anggota keluarganya dari jarak
jauh
|
|||
3.
Auditory
|
1.
Menadaptkan
suara dengan jarak denag di beberapa bulan setelah kelahirannya
2.
Mulai
menyadari suara ibunya di usia 3 bulan
3.
Menyukai
suara mainan saat mau tidur
4.
Suka dengar
musik sebelum tidur
5.
Suka
nyanyian ibunya sebelum tidur
6.
Mengenal
suara anggota keluarganya
7.
Menyadari
suara ketika ia dipanggil
8.
Suka
membunyikan mainan
9.
Sudah bisa
membedakan suara hewan
10.
Sudah bisa
menirukan suara hewan
|
|||
4.
Vestibular
|
1. Bermain aktif dengan mainannya
2. Senang bejoget ketika mendengar musik
3. Senang meloncat ditempat tidur
4. Senang berguling
5. Senang menaiki badan ibu/keluarganya untuk
bermain
|
|||
5.
Proproiseptif
|
1. Senang naik turun ditumpukan bantal
2. Senang membuka menutup pintu lemari
3. Dapat melempar mainan
4. Senang bermain didepan cermin
5. Senang naik turun diatas kursi
6. Dapat membuka tutup gorden
|
|||
6.
Gustatory
|
1. Beberapa bulan setelah kelahiran anak menyadari
bau ibunya
2. Anak mulai mengenali bau orang disekitarnya
3. Mulai tidak suka dengan bau yang tidak enak
4. Anak mengenali bau makanannya
5. Tidak suka dengan bau benda yang terlalu
menyengat
6. Bisa mencari benda yang ia cium
|
|||
7.
Olfaktory
|
1. Dari lahir hingga beberapa bulan setelah kelahiran
anak mengenali rasa ASI
2. Beberapa bulan masih mengenal rasa yang tdak
terlalu berlebihan
3. Anak mulai senang dengan rasa permen dan susu
kaleng
4. Anak ingin mencoba makanan yang dimakan orang
dewasa
5. Mulai tidak suka dengan rasa pedas dan pahit
|
Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
- Min. 3 indikasi yang menunjukkan tahap perkembangan anak sama dengan tugas perkembangan secara umum.
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN
MOTORIK
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Motorik
kasar
|
1. Usia 0-3 bulan
-
belajar
mengangakat kepala berguling-guling
-
menahan kepala agar tetap tegak
2. Usia 3-6 bulan
-
menyangga
sebagian anggota tubuh dengan kedua kakinya
-
Mengembangkan kontrol terhadap otot-otot leher
-
Belajar duduk
3. Usia
6-9 bulan
-
kemampuan gerak kasar
-
Belajar posisi berdiri, Belajar merangkak
-
Belajar berjalan dengan
berpegangan
4. Usia
12 – 15 bulan Kemampuan gerak kasar
-
Menarik mainan sambil
berjalan
-
Belajar berjalan mundur
-
Berjalan naik dan turun
tangga
-
Berjalan sambil berjinjit
-
Menangkap dan melempar,
5. Usia
15 – 18 bulan Bermain diluar rumah (ayunan, memanjat dll),
|
|||
2.
Motorik
Halus
|
1.
Usia 0-3
bulan Melihat mainan gantung dan meraihnya
-
Memperhatikan benda bergerak
-
Melihat benda-benda kecil
-
Memegang benda dan
-
Merasakan berbagai bentuk
permukaan
2.
Usia 3-6
bulan belajar menahan benda yang dipegang
-
memindahkan barang dari
tangan yang satu ke tangan yang lain, belajar
-
makan/masukan benda ke dalam
mulutnya dan
-
mengambil benda benda kecil
3.
Usia 6-9
bulan
-
Memasukkan benda kedalam
wadah
-
Bermain gendang
-
Belajar melukis dengan
mencoret-coret kertas
-
Bermain dan membuat mainan dan
-
Menyembunyikan dan mencari
mainan
4.
Usia 12-15
bulan
-
Bermain dengan balok – balok
-
Memasukkan dan mengeluarkan
benda dan
-
Memasukkan benda yang satu ke
benda yang lain
5.
Usia 15-18
bulan bisa meniup dan membuat untaian
|
Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
- Min. 3 indikasi yang menunjukkan tahap perkembangan anak sama dengan tugas perkembangan secara umum.
- LEMBAR WAWANCARA
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN
SENSORI-MOTOR
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
ASPEK
JENIS
|
INDIKATOR
|
PRESENTASE
|
DESKRIPSI KUALITATIF
|
|
YA
|
TIDAK
|
|||
1.
Kemampuan
|
1.
Apakah di Usia
1-30 hari anak sudah mampu mengisap ASI dengan baik?
2.
Apakah Usia
0-1 bulan Mampu menggerakkan anggota badan meskipun belum terkoordinir ?
3.
Apakah anak
sudah mampu Mengisap?
4.
Apakah anak
mampu Menggerakkan tangan dan kepala?
5.
Apakah anak
sudah Mengisap benda yang ada disekelilingnya saat bermain
6.
Apakah Usia 2-4 bulan anak
sudah mulai kebiasaan mengisap ibu jari?
7.
Apakah anak
bisa menggerakkan kepala kekanan, kekiri dan ketengah?
8.
Apakah anak
sudah mulai mengoceh
9.
Apakah anak
dapat
menggenggam benda/mainan yang di sentuhkan pada ujung jari dan telapak tangan
selama beberapa saat.?
10.
Apakah bisa berbalik badan dari telungkup ke telentang
11.
Apakah Pada saat telengkung,
leher bayi sudah kuat menyangga kepalanya dan menegakkan/mengangkat kepalanya
mengikuti gerakan badan?
12.
Apakah anak usia 4-6 bulan
dapat mengguling-guling dan berbalik dari terlentang ke telungkup atau
sebaliknya.?
13.
Apakah anak dapat meraih benda yang berada dalam jangkauan tangannya dan
mencari benda yang dipindahkan?
14.
Apakah anak
sudah bisa bermain sendiri?
15.
Apakah anak usia 6-9 bulan mulai
belajar duduk sendiri?
16.
Apakah anak dapat memegang dan makan kue sendiri tanpa di bantu?
17.
Apakah sudah bisa duduk sendiri dengan sikap sila?
18.
Apakah bisa bertepuk tangan?
19.
Apakah sudah bisa merangkak menuju suatu benda?
20.
Apakah anak
usia 9-12 bulan dapat merangkak dan mulai belajar sendiri tanpa bantuan?
21.
Apakah anak mulai belajar berjalan dengan berpegangan?
22.
Apakah anak mampu mengatakan / menyebut suku kata yang sama misalnya
ma-ma, pa-pa?
23.
Apakah anak Mulai mengangkat badannya dengan posisi berdiri
24.
Apakah anak
Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama?
25.
Apakah anak dapat berjalan
sendiri?
|
|||
2.
Reaksi
|
1. Apakah setelah lahir anak sudah menangis?
2. Apakah beberapa bulan setelah lahir anak sudah
bisa menangis atau menggerakkan anggota badannya ketika ingin sesuatu?
3. Apakah anak marah ketika lingkungan tidak
mengerti apa yang ia inginkan?
4. Apakah anak menoleh saat dipanggil namanya?
5. apakah anak sudah mulai meniru ucapan orang
lain?
|
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK
PERKEMBANGAN BICARA
(WAWANCARA)
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
- Apakah anak menangis saat lahir?
- Pada usia berapa anak mulai memakai bahsa tubuh untuk reaksi keinginannya?
- Pada usia berapa anak mulai mengucapkan kata?
- Apa ucapan kata pertama yang ia bisa?
- Pada usia berapa anak mulai mengoceh?
- Bagaimana reaksi lingkungan dengan ocehannya?
- Pada usia berapa anak mulai mampu mengatakan beberapa suku kata?
- Pada usia berapa anak mampu mengucapkan fonem dengan jelas?
Jawaban:
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERTUMBUHAN
FISIK
(WAWANCARA)
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
- Berapa berat badan anak saat lahir?
- Berapa panjang badan anak saat lahir?
- Apakah ibu rutin menimbang berat badan dan panjang badan anak setiap bulannya?
- Apakah ada kenaikan atau penuunan berat badan setiap bulannya?
- Apakah ada catatan penghitngan lingkar kepala anak saat lahir?
- Usia berapa anak mulai tumbuh gigi?
- Sekarang gigi anak sudah berapa banyak?
Jawaban :
INSTRUMEN
IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN
MOTORIK
(WAWANCARA)
IDENTITAS :
Nama : Jenis Kelamin :
Usia Kronologi : Assesor :
- Pada umur berapa anak bisa mengangkat bahu?
- Pada umur berapa anak bisa mengangkat dada?
- Apakah diumur 4 bulan anak dapat duduk dengan bantuan?
- Pada umur berapa anak dapat duduk sendiri?
- Apakah diumur 8 bulan anak dapat berdiri dengan bantuan?
- Apakah diumur 9 anak dapat berdiri berpegangan?
- Pada umur berapa anak mulai merangkak?
- Apakah diumur 11 bulan anak sudah mulai berjalan dibimbing?
- Pada umur berapa nak mulai bisa berjalan sendiri?
- Pakah diusia sekarang anak sudah lancar berjalan?
Jawaban :
3. LEMBAR DOKUM ENTASI
Dalam
lembar dokumentasi didapat
dari portofolio anak dengan
bidan.
Biodata Orangtua/wali :
- Nama Ayah :
Tempat tanggal lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
- Nama Ibu :
Tempat tanggal lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
LEMBAR WAWANCARA ORANGTUA/WALI
Riwayat Hidup
Anak
1. Sebelum kelahiran :
apakah ibu sehat selama mengandung?
®
2. Saat kelahiran, lama kandungan :
apakah cukup bulan, berat badan…. gram….cm.
®
3. Melahirkan di :
rumah bersalin/rumah sakit?
®
4. Ditolong oleh :
®
5. Proses kelahiran :
®
6. Makanan pertama yang diberikan :
susu kaleng, mulai umur…bulan sampai…bulan.
®
7. Perkembangan tengkurap
anak :
®
8. Perkembangan duduk anak :
®
9. Perkembangan pengucapan kata :
®
10. Perkembangan kelancaran berbicara :
®
11. Subyek dalam hal mengisap jempol :
®
12. Berapa jam pola tidur anak :
®
13. Subyek dalam hal perasaan takut :
®
14. Anak tidak merasa lelah dengan aktifitasnya :
®
15. Anak menjadi makan sendiri :
®
16. Anak menjadi bermain dengan mainan :
®
SKALA
PENILIAIAN GANGGUAN SENSORI
Aspek sensory
Taktil
|
Tidak ada
|
Kadang kadang
Ada
|
Ada
|
1.
Sulit untuk
di peluk, menolak atau bahkan memukul
2.
Menolak di
sentuh
3.
Minta di
belai atau di usap
4.
Sulit
makan, karena sulit menelan
5.
Sering
memuntahkan makanan
6.
Tidak mau
mencicipi makanan yang tidak dikenal
7.
Sering
merasa jijik dengan benda yang kental dan licin
8.
Disorientasi
( sulit / sering kebingungan dengan tempat yang baru di kunjungi
9.
Takut
mencoba
10.
Sering
merusak benda-benda di sekitarnya atau mainan nya sendiri
11.
Sulit
mengontrol diri di tengan orang banyak
12.
Pasif
13.
Suka
makanan yang panas
14.
Sulit tidur
di permukaan yang kasar
15.
Suka di
tempat yang sejuk
16.
Takut
kepada orang yang baru di kenal
17.
Koordinasi
yag buruk
18.
Sering
membersihkan tangan atau anggota tubuh lainnya
19.
Tidak suka
disisir rambutnya
20.
Sering
menempatkan tangan atau jari kemulut
21.
Terus
bergerak
22.
Berjalan
berat atau pada jari kaki
23.
Jalan
jinjit
24.
Sering
membersihkan kaki
25.
Marah/menangis
saat mengganti popok
26.
Menangis
ketika mandi/keramas/membersihkan muka
27.
Tidak
menangis ketika disuntik
28.
Tidak
menyadari kalau barang ditangannya jatuh
29.
Tidak suka
dengan aktivitas bermain kotor
|
Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak
ada
1
untuk Kadang-kadang ada
2
untuk ada
Aspek sensory
Vestibular
|
Tidak ada
|
Kadang-kadang
Ada
|
Ada
|
1.
Anak
menjadi hiperaktif
2.
Anak
gelisah atau tidak bisa diam duduk dikursi
3.
Sering
tampak murung
4.
Sulit
konsentrasi di ajak berteman
5.
Sulit
bermain dengan tenang
6.
Tidak bisa
diganggu saat bermain
7.
Suka
bermain sendiri
8.
mengoceh
sendiri
9.
sulit
tertawa
10.
tidak bisa
tertawa
11.
tidak cepat
pusing bermain berputar/berayun
12.
takut
bergerak, naik turun tangga
13.
tidak suka
pada posisi kepala dibawah
14.
anak bisa
menjadi sangat pasif
15.
tidak suka
berada diayunan
16.
tidak bisa
menendang bola
17.
bergoyang
saat berjalan diatas kasur
|
Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak
ada
1
untuk Kadang-kadang ada
2
untuk ada
Aspek Sensory Visual
|
Tidak ada
|
Kadang-kadang ada
|
Ada
|
1.
Mudah silau
dengan cahaya
2.
Tidak
nyaman dengan terang lampu
3.
Melihat
mainan, buku dan benda lain dengan jarak yang dekat untuk memainkannya
4.
Suka
membuka dan menutup berulang-ulang pintu dan laci
5.
Suka
mematikan lampu
6.
Suka dengan
benda yang mengkilat seperti, kaca dan cermin
7.
Sering
menggosok mata
8.
Menyempitkan
mata
9.
Gelisah
dengan gerakan yang dekat
10.
Tidak suka
melihat mainan yang berputar
|
Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak
ada
1
untuk Kadang-kadang ada
2
untuk ada
Aspek Sensory Auditory
|
Tidak ada
|
Kadamg-kadang ada
|
Ada
|
1.
Sensitif dengan
suara tertentu seperti, gergaji, suara blender, suara bayi lainnya menangis
2.
Sensitif
dengan suara keras
3.
Mudah marah
4.
Sering
menutup telinga
5.
Berulang-ulang
mengoceh dengan menyanyi untuk ia sendiri
6.
Menghindari
orang banyak
7.
Menghindari
suara tv, radio dan speker
8.
Suka
merobek kertas
9.
Gelisah
dengan suara-suara yang nyaring
10.
Tidak bisa
tidur dengan musik
|
Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak
ada
1
untuk Kadang-kadang ada
2
untuk ada
Aspek Sensory Proprioseptif
|
Tidak ada
|
Kadamg-kadang ada
|
Ada
|
1.
Menekan
pensil terlalu keras saat belajar mencoret-coret
2.
Menekan
pensil terlalu lemah saat belajar mencoret-coret
3.
Suka
menjatuhkan mainan tanpa sengaja
4.
Tidak bisa
menutup dan membuka pintu
5.
Suka
menyenggol barang saat berjalan
6.
Suka
terinjak mainan saat berjalan
7.
Tidak bisa
naik turun saat berdiri diatas tumpukan bantal
8.
Takut
meloncat saat berdiri diatas tumpukan bantal
9.
Memegang
mainan terlalu kuat
10.
Memegang
mainan terlalu lemah
11.
Tidak dapat
melempar bola
|
Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak
ada
1
untuk Kadang-kadang ada
2
untuk ada
KISI-KISI
INSTRUMEN ASESMEN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
USIA
16 BULAN
Keterampilan
|
Sub
keterampilan
|
Indikator
|
PERKEMBANGAN
SENSORI-MOTORIK
|
1.
Perkembangan Motorik
|
a.
Motorik Kasar
b.
Motorik Halus
|
2.
Perkembangan sistem reseptor
|
a.
Sistem Indera Taktil
b.
Sistem Indera Vestibular
c.
Sistem Indera Proprioseptif
|
|
3.
Perkembangan Sensory
|
a. Kemampuan
b. Reaksi
|
1.
PENGEMBANGAN
BUTIR INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN MOTORIK
Indikator
|
Butir Instrumen
|
Hasil
|
Deskripsi
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
a. Motorik
Kasar
|
1. Anak diminta menendang bola
2. Anak
diminta melempar bola
3. Anak
diminta berdiri sendiri
4. Anak
diminta berjalan tanpa pegangan
5. Anak
diminta berjalan mundur beberapa langkah
6. Anak
diminta menangkap bola
7. Anak
diminta berjalan berjinjit
8. Anak
diminta naik diatas tumpukan bantal
9. Anak
diminta turun sendiri diatas tumpukkan bantal
10. Anak
dicoba menaiki sepeda sendiri
11. Anak
diminta melempar mainan kedalam kotak
|
||||
b. Motorik
Halus
|
1. Anak
diminta mencoret-coret dikertas
2. Anak
diminta menggenggam mainan
3. Anak
diminta meniup peluit
4. Anak
diminta mengeluarkan benda dari tempatnya
5. Anak
diminta memasukkan benda ketempatnya
6. Anak
dimnta menyusun mainan
7. Anak
diminta memindahkan barang
8. Anak
diminta memukul gendang
9. Anak
diminta menggenggam pensil
10. Anak
diminta menggosok tangannya
|
Untuk skor di ambil :
|
Untuk
Deskripsi :
|
1.
Anak tidak bisa melakukan
2.
Anak bisa melakukan dengan
bantuan
3.
Anak bisa melakukan
|
-
Penjabaran hasil yang dapat lakukan
-
Kesalahan motorik yang dilakukan
|
2.
PENGEMBANGAN
BUTIR INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN SISTEM RESEPTOR
Indikator
|
Butir Instrumen
|
Hasil
|
Deskripsi
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
a. Indera
taktil
|
1. Anak
dicubit dengan reaksi sakit
2. Anak
diminta merasakan air es dengan reaksi dingin
3. Anak
diminta merasakan air hangat
4. Anak
diminta merasakan buah asam dengan reaksi asam
5. Anak
diminta merasakan sedikit garam
6. Anak
diminta merasakan permen
7. Anak
diminta bermain karet
8. Anak
diminta menggenggam batu
9. Anak
diminta memetik bunga
10. Anak
diminta mengaduk mayones dengan jari
|
||||
b. Indera
Vestibular
|
1. Anak
diminta meloncat dari tumpukan bantal ketempat tidur
2. Anak
diminta menaiki badan ibunya sambil bermain
3. Anak
diminta duduk dikursi sendiri
4. Anak
diminta menggoyangkan badan dari kiri ke kanan
5. Anak
diminta menggoyangkan badannya saat mendengar musik
|
||||
a. Indera
Proprioseptif
|
1. Anak
diminta naik ke kursi
2. Anak
diminta berguling
3. Anak
diminta membuka tutup mainan
4. Anak
diminta menutup kembali mainannya
5. Anak
diminta membuka gorden
6. Anak
diminta menutup gorden
|
Untuk skor di ambil :
|
Untuk
Deskripsi :
|
1.
Anak tidak ada reaksi
2.
Anak sedikit bereaksi
3.
Anak bereaksi
|
-
Penjabaran hasil yang dapat dilihat
dari rekasi anak
|
3.
PENGEMBANGAN
BUTIR INSTRUMEN ASESMEN
PERKEMBANGAN
SENSORI
Indikator
|
Butir Instrumen
|
Hasil
|
Deskripsi
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
a. Kemampuan
|
1. Anak
diminta duduk sendiri
2. Anak
diminta memegang kue sendiri
3. Anak
diminta menyuap kue sendiri
4. Anak
diminta bertepuk tangan
5. Anak
diminta memindahkan tangan nya ke tangan orang lain
6. Anak
dimnta meniru menyebutkan nama binatang
7. Anak
diminta menunjukkan gambar dan mengulangi sebutan namanya
8. Anak
diminta meraup kacang dengan tangannya
9. Anak
diminta berdiri sendiri dari posisi duduk tanpa pegangan
10. Anak
diminta minum sendiri memegang gelas
11. Anak
diminta mengambil mainan diatas kursi
|
||||
b. Reaksi
|
1. anak
diminta menirukan bunyi/suara yang didengarnya
2. anak
diajak main cilukba
3. anak
diajak main memakai kaki sambil bernyanyi
4. anak
diajak bermain berputar-putar
5. anak
diminta anak diminta memanggil ibunya
6. anak
diminta memanggil ayahnya
7. anak
diminta memanggil kakanya
8. anak
diminta masuk ke dalam kamar
9. anak
diminta masuk dalam kotak mainan
10. anak
diminta menangkap binatang kecil
|
Untuk skor di ambil :
|
Untuk
Deskripsi :
|
1.
Anak tidak bisa melakukan
2.
Anak bisa melakukan dengan
bantuan
3.
Anak bisa melakukan
|
-
Penjabaran hasil yang dapat lakukan
-
Kesalahan motorik yang dilakukan
|
Komentar
Posting Komentar