identifikasi ADHD


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hiperaktif bukan merupakan penyakit, tetapi suatu gejala (symptoms). Gejala hiperaktif dimungkinkan terjadi jika seorang anak mempunyai kelainan kurang pemusatan perhatian bersamaan dengan hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactivity) atau gejalanya hanya kurang pemusatan perhatian tanpa hiperaktif (attention deficit disorder).
Attention deficit hypereactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) adalah anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, implusif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak- anak lain yang seusianya. Anak dengan ADHD juga menunjukkan beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi, dan prilaku agresif.
Anak hiperaktif adalah anak dengan sindrom hiperaktif, secara khusus selalu bergerak secara terus-menerus tanpa diam, tidak berkonsentrasi untuk beberapa saat, kegiatan bicaranya selalu dilakukan karena dorongan hati semata, bersifat tidak sabar, serta suka marah. Di rumah ia sering membuat masalah dengan sifat suka membuat kegelisahan, membuat keributan, dan selalu tidak patuh. Di sekolah ia selalu mengganggu, sangat jarang untuk menyelesaikan pekerjaan sekolahnya, bertendensi untuk suka melawak dan banyak berbicara selama di kelas, serta menjadi seorang anak yang mempunyai masalah disiplin. (Kauffman, J.M. 1985:174).
Data statistik menunjukkan bahwa diperkirakan sekitar 6% dari anak-anak usia sekolah mempunyai kelainan hiperaktif. Perbandingan gender antara anak laki-laki dengan anak perempuan sekitar 4:1 (Durant, 2006:509), atau tepatnya adalah 3,4:1 (Alloy dkk, 2005:461).
Anak hiperaktif memiliki kelainan yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki. Dari beberapa penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari anak dengan ADHD mempunyai resiko 5-7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara kandung dengan ADHD. Sedangkan orang tua yang menderita ADHD mempunyai kemungkinan sekitar 50% untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka.
Setelah para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata ditemukan bahwa penyebab anak hiperaktif adalah adanya gangguan genetik yang terdapat pada DNA anak yang bersangkutan. Sebagai informasi, di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 3-5 persen anak yang hiperaktif.
Hiperaktif atau yang disebut juga dengan ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder) merupakan penyakit genetik dan membuat otak anak hiperaktif berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Dalam sebuah penelitian, didapati bahwa otak anak ADHD atau anak hiperaktif ternyata memiliki potongan kecil DNA yang terhapus maupun terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan serta schizofrenia.
ADHD akan membuat anak ADHD impulsif sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir, merasakan kegelisahan yang berlebihan, mudah merasa terganggu serta biasanya mengalami kesulitan dalam pelajaran. Para ahli membagi anak ADHD dalam 3 tipe, yaitu 'tipe yang tidak bisa memusatkan perhatian', 'tipe yang hiperaktif dan impulsif' serta 'tipe gabungan' dari keduanya.
Pada tipe yang pertama, penderitanya tidak mengalami gejala hiperaktif maupun impulsif namun sangat mudah terganggu perhatiannya. Biasanya tipe ini terdapat pada anak-anak wanita, dengan gejalanya berupa sering melamun dan seolah merasa sedang berada di awang-awang. Pada tipe kedua, penderitanya menunjukkan gejala hiperaktif dan impulsif namun masih dapat berkonsentrasi dan memusatkan perhatian pada sesuatu. Biasanya tipe ini dapat ditemukan pada anak-anak kecil. Sementara pada tipe ketiga merupakan yang paling banyak ditemui, anak-anak penderitanya akan sulit memusatkan perhatian serta hiperaktif dan impulsif.
Sampai sekarang penyakit ADHD ini masih belum ditemukan obatnya, namun hasil penelitian di atas setidaknya dapat membantu mengungkapkan penyebab ADHD sebenarnya sehingga nantinya didapatkan pengobatan baru yang lebih efektif. Meski begitu, saat ini Anda dapat meminimalisir gejala hiperaktif tersebut dengan cara melakukan terapi perilaku anak hiperaktif disertai konsumsi obat-obatan.
Selain itu, anak hiperaktif juga dapat dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter serta lingkungan bermainnya dengan mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, anak ADHD tersebut dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif serta masalah sulitnya memusatkan perhatian mereka secara lebih baik, seperti dengan membiarkan mereka melakukan aktivitas fisik yang dapat memberi kebebasan bergerak pada mereka. anak ADHD juga biasanya mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata namun orangtua mereka sering tidak menyadarinya. Untuk itu, orangtua juga harus memperhatikan kecerdasannya dengan cara menyalurkan dan mengarahkan keaktifan mereka pada hal-hal yang positif seperti pada kegemaran dan hobi yang disukainya.
Mendidik anak hiperaktif pun berbeda caranya dengan mendidik anak-anak normal. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan disiplin pada anak tanpa menghukumnya secara berlebihan bila anak melakukan kesalahan. Untuk menegakkan disiplin tersebut, orangtua dapat memulainya dengan membuat perjanjian kecil dengan sang anak agar mengerti mana hal yang baik dan benar, namun dengan cara yang tidak menyinggung mereka. Di atas semua itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang pada sang anak hiperaktif, serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya agar tetap berada dalam kontrol.
Dengan mengerti secara teori maka harus terjun langsung ke lapangan untuk mencari dan mengamati sampel anak yang mengalami hyperactivity. Pengamatan tersebut dapat melihat beberapa ciri-ciri dari sampel tersebut dan menarik kesimpulan anak yang termasuk dalam karakteristik hiperaktif dan mengklasifikasikan mempunyai hambatan apa saja.
Hasil dari pengamatan tersebut dapat dianalisa hambatan anak. Mengamati masalah-masalah dalam layanan anak hiperaktif yang ada dimasyarakat sekarang dan mengetahui layanan yang tepat untuk diberikan pada mereka.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Membuat data anak hiperaktif dari hasil observasi di sekolah.
2.      Mengetahui kemampuan yang anak miliki dari hasil studi lapangan dan observasi di sekolah.
3.      Menentukan hambatan anak dari hasil identifikasi beberapa instrumen yang dipakai.
4.      Menentukan kebutuhan anak dari hasil identifikasi beberapa instrumen yang dipakai.
5.      Membuat program dan layanan khusus untuk anak dalam membantu mengendalikan prilakunya.
6.      Membuat program pembelajaran khusus terkait kebutuhan pembelajarannya.


C.    Metode Studi Lapangan
1.      Sumber Data
·           Sumber data dari biodata anak didapat dari pihak sekolah dan wawancara orang tua.
·           Sumber data diambil dari identifikasi melalui beberapa instrumen :
-          Formal
a.       Kriteria Diagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian dan/ Hiperaktivitas menurut DSM IV
b.      ICD 10 dari WHO
c.       Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI), Indonesian ADHD Rating Scale (IARS)
d.      DSM IV autisme
e.       Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim)
f.       DSM V Autisme
g.      Kriteria Diagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian dan/ Hiperaktivitas menurut DSM V
-          Non Formal
a.       Instrumen Identifikasi Anak ADHD
2.      Instrumen
®  Pengamatan
§  Ciri fisik :
-          Badan terlihat kurus, tinggi
-          Wajah seperti anak pada umumnya






§  Berdasarkan Instrumen yang di pakai :
                    i.          Kriteria Diagnostik Gangguan Pemusatan Perhatian dan/ Hiperaktivitas Menurut DSM IV
-            Tidak Mampu Memusatkan Perhatian :
1)   Sering gagal memusatkan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat kesalahan ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan dan kegiatan lain
2)   Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu melaksanakan tugas atau kegiatan bermain
3)   Sering menghindar, tidak suka atau enggan melibatkan diri dalam tugas yang memerlukan ketekunan yang berkesinambungan (seperti : melakukan pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah)
4)   Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan luar
-            Hiperaktivitas :
1)   Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam atau tidak bisa duduk diam
2)   Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau situasi lain pada saat diharapkan dia untuk duduk diam
3)   Sering menyelak atau memaksakan diri terhadap orang lain (misalnya : memotong percakapan atau mengganggu permainan)
-            Gejala hiperaktif-impulsif atau tidak mampu memusatkan perhatian yang menimbulkan masalah telah ada pada usia 7 tahun.
-            Kegagalan yang ditimbulkan tersebut tampak pada dua atau lebih tempat (misalnya : di sekolah atau tempat kerja dan rumah)
-            Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan perkembangan pervasif, gangguan skizofrenia atau gangguan psikotik dan tidak diakibatkan oleh adanya gangguan mental lain (misalnya: gangguan alam perasaan, gangguan cemas, gangguan disosiatif, gangguan kepribadian).

                  ii.          Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI) Indonesian Rating Scale (IARS)
ü Dengan kategori kolom 1 (sama sekali tidak /sangat jarang)     = 1
ü Dengan kategori kolom 2 ( kadang-kadang)                             = 15
ü Dengan kategori kolom 3 ( sering)                                            = 16
ü Dengan kategori kolom 4 ( selalu)                                             = 2
ü Dalam skala ini terdapat Penilaian SPPAHI dengan total nilai = 53
                iii.          Kriteria Diagnostik DSM V dan PPDGJ III:
ü Kategori Inatensi : yang termasuk dalam tingkah laku anak = a, c, e, f dan h (lainnya kadang-kadang)
ü Kategori Hiperaktifitas dan impulsif : yang termasuk dalam tingkah laku anak = a, b, c, e, h (lainnya kadang-kadang)
ü Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatensif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 12 tahun
ü Beberapa gejala terdapat dalam dua atau lebih situasi (misalnya: di sekolah atau pekerjaan rumah)
                iv.          ICD 10 dari WHO (autis) :
diagnosis gejala dengan jumlah 6 gejala
                  v.          DSM IV Autis :
ü Pada aspek I      = 2 gejala
ü Pada aspek II     = 1 gejala
ü Pada aspek III   = -
ü Pada aspek IV   = 1 gejala
ü Pada aspek V     = 1 gejala
                vi.          DSM V Autis :
ü Dalam kategori “a”        =  i
ü Dalam kategori “b”        =  iv
ü Kategori “c”
ü Kategori “d”
ü Kategori “e”

              vii.          Instrumen Identifikasi anak Hiperaktif
ü aspek perkembangan kognitif                =  16 gejala
ü aspek emosi                                            =  14 gejala
ü aspek sosial                                            = 20 gejala



























BAB II
PENGEMBANGAN TEORI DAN PROGRAM ANAK ADHD
A.  Kajian Teori
1.      Apa itu ADHD ?
Istilah attention deficit masih sering menyesatkan. Secara umum, saat ini beberapa teori yang medominasi menunjukkan bahwa orang dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan perhatian defisit (ADD), benar-benar memiliki kesulitan mengatur perhatian mereka; perhatian menghambat mereka terhadap rangsangan  atau fokus terlalu intens pada rangsangan tertentu untuk mengesampingkan apa yang relevan. Di satu sisi terlalu sedikit perhatian, penderita ADHD (ADD) memperhatikan terlalu banyak hal, yang menyebabkan mereka untuk memiliki fokus sedikit.
Fungsi utama neurologis  terganggu oleh ketidakseimbangan neurotransmiter ADHD (ADD) jatuh ke dalam kategori fungsi eksekutif.
Terdapat 6 tugas utama fungsi eksekutif yang paling sering terdistorsi pada ADHD (ADD) meliputi:
1.      Pergeseran dari satu pola pikir atau strategi yang lain yaitu, fleksibilitas
2.      Organisasi misalnya, mengantisipasi baik kebutuhan dan masalah
3.      Perencanaan misalnya, penetapan tujuan
4.      Memori kerja yaitu, menerima, menyimpan, kemudian mengambil informasi dalam memori jangka pendek
5.      Memisahkan mempengaruhi dari kognisi yaitu, memisahkan emosi seseorang dari alasan seseorang)
6.      Menghambat dan mengatur tindakan verbal dan motorik (misalnya, melompat ke kesimpulan terlalu cepat, kesulitan mengantri dengan cara yang sesuai).
Definisi hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda.
Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
Temperamen seorang anak adalah suatu karakteristik yang hidup dan dinamis, meski terkadang pada seorang anak lebih dinamis dibandingkan anak lain. Bila terjadi peningkatan aktifitas motorik yang berlebihan pada seorang anak dibandingkan anak lain sebayanya, maka sering kali ‘si-anak’ dikeluhkan sebagai hiperaktif oleh orang tuanya. Penilaian semacam ini sangat subyektif dan tergantung dari standar yang dipakai oleh orang tua dalam menilai tingkat aktifitas normal seorang anak.
Temuan dari studi neuropsikologi menunjukkan bahwa korteks frontal dan sirkuit yang menghubungkan mereka ke ganglia basal sangat penting untuk fungsi eksekutif dan, karena itu, untuk perhatian dan berolahraga penghambatan. Banyak temuan mendukung pandangan ini, termasuk yang dijelaskan dibawah ini.
Fungsi eksekutif adalah tugas utama dari lobus frontal. MRI dari korteks prefrontal kanan mesial pada orang dengan ADHD (ADD) sangat mendukung aktivasi menurun (gairah rendah) selama tugas yang membutuhkan penghambatan respon motorik yang direncanakan dan waktu respon motor untuk isyarat sensorik. MRI pada orang dengan ADHD (ADD) juga sangat mendukung kegiatan melemah di korteks prefrontal kanan lebih rendah dan berekor kiri selama tugas yang melibatkan waktu respon motor untuk isyarat sensorik.


Kelainan penyerta (coexisting condition):
-          ODD (Oppositional Defiant Disorder) dan CD (conduct disorder) setidaknya 35%
®  ODD : emosi mudah meluap, tindakan deviansi, sulit mengikuti peraturan
®  Lebih parah lagi dengan penuh agresi-agresi sehingga konflik dengan figur-figur otoritas
-          Kelainan mood kira-kira 18%
®  Tidak adekuat, terisolasi, frustasi karena kegagalan dan masalah sosial lainnya, rasa percaya diri rendah
-          Kelainan kecemasan kira-kira 25%
®  OCD (obsesif compulsive disorder)
®  Syndrome tourette
®  Tic motoris atau vokal (gerak atau bunyi tertentu yang ditampilkan anak)
-          Kesulitan belajar
®  Disleksia
®  Disgrafia
2.      Mengapa Anak Menjadi Hiperaktif ?
®    Produksi hormon adrenalin tidak terkontrol.
Hormon adrenalin merangsang untuk melakukan suatu kegiatan. Produksi hormon adrenalin yang berlebihan mengakibatkan anak melakukan kegiatan di luar kontrol diri. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang dilakukan.
®    Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia (2007)
Gelombang theta: gelombang otak pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Menyimpan berbagai kreatifitas yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind).
Gelombang beta: gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40 Hz. Gelombang beta dihasilkan proses berpikir secara sadar.
Gelombang alfa: frekwensinya  8-12 Hz (hertz). Gelombang alfa berhubungan dengan kondisi yang rilek dan santai. Gelombang alfa  pintu gerbang bawah sadar.
®    Menurut Wilens TE dalam Widodo (2004) Anak hiperaktif memiliki masalah dalam pendengaran.
·         Bisa mendengar tetapi kesulitan mengerti apa yang didengarnya.
·         Telinga dan otak tidak bekerja efesien dalam memproses suara.
·         Ada yang kesulitan memilah suara dari banyak sumber suara yang berbeda.
·         Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu
3.      Penyebab anak menjadi hiperaktif
Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap secara jelas. Seperti halnya gangguan autism, ADHD merupakan statu kelainan yang bersifat multi faktorial. Banyak faktor yang dianggap sebagai peneyebab gangguan ini, diantaranya adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadinya disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik, sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya.
Banyak penelitian menunjukkan efektifitas pengobatan dengan psychostimulants yang memfasilitasi pengeluaran dopamine dan noradrenergic tricyclics. Kondisi ini mengungatkan sepukalsi adanya gangguan area otak yang dikaitkan dengan kekuirangan neurotransmitter. Sehingga neurotransmitters dopamine and norepinephrine sering dikaitkan dengan ADHD.
Orang tua dan saudara penderita ADHD mengalami resiko 2-8 kali lebih mudah terjadi ADHD, kembar monozygotic lebih mudah terjadi ADHD dibandingkan kembar dizygotic juga menunjukkan keterlibatan fator genetik di dalam gangguan ADHD. Keterlibatan genetik dan kromosom memang masih belum diketahui secara pasti.  Beberapa gen yang berkaitan dengan kode reseptor dopamine dan produksi serotonin, termasuk DRD4, DRD5, DAT, DBH, 5-HTT, dan 5-HTR1B, banyak dikaitkan dengan ADHD.
-          Berbagai virus, zat kimia berbahaya  yang menimbulkan kerusakan perkembangan otak.
-          Manajemen kehamilan trisemester pertama (Organongeneses)
-          Masa persalinan, disebabkan oleh: prematuritas, post date, hambatan persalinan,  kelainan letak (presentasi bayi), efek samping terapi, depresi sistem immun
-          Kerusakan otak global dlm kadar tertentu karena penyakit neorologis shgga menyebabkan kerusakan pada otak. (Rutter 1977)
-          Ketidak seimbangan neotransmitter (Barkly 1992)
-          Masalah biokimia di otak ( rendahnya metabolisme zat kimia, rendahnya penyampaian zat kimia)
-          Faktor gen sebagai faktor pemicu
-          Keracunan dalam rahim
-          Penyakit keturunan : turner syndrome, sickle-cell anemia, fragille-x dan marfan syndrome
-          Masalah integrasi sensori dan persepsi
4.      Deteksi dini gejala hiperaktif
Inatensi
Impulsivitas
hiperaktifitas
Anak-anak
ü  Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
ü  Cepat beralih perhatian
ü  Tidak bisa konsentrasi

ü  Kurang kontrol diri
ü  Tidak dapat menunggu giliran
ü  Bicara sebelum gilirannya dan campur aduk
ü  kesulitan anak untuk menunda respon

ü  Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
ü  Selalu on the go
ü  Tidak bisa berhenti bicara
ü  Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.
Remaja
ü  Tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan
ü  Tidak komunikatif
ü  Cepat beralih perhatian

ü  Kontrol diri jelek
ü  (seksual) perilaku beresiko

ü  Dalam hati tidak tenang dan merasa kehilangan ketenangan
ü  Penyalahgunaan obat terlarang
ü  suka menentang dan tidak menurut, suka menyakiti diri sendiri (menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dll) dan gangguan tidur.
Dewasa
ü  Mempunyai kesulitan untuk tetap memusatkan perhatian ke sesuatu
ü  Mudah beralih perhatian
ü  Tidak bisa mendengarkan orang lain

ü  Sulit menguasai kesabaran
ü  Masalah dengan mengendalikan kendaraan
ü  Tidak dapat menguasai reaksi emosinya
ü  sering mengalami kecelakaan atau jatuh

ü  Gerak-gerik kecil
ü  Bicara tak terbatas
ü  Tidak ada ketenangan

5.      Pengaruh ADHD
a.      Dampak ADHD bila tidak diintervensi
-          Meningkatnya resiko untuk gagal dan putus sekolah
-          Problem dengan tingkah laku dan disiplin
-          Kesulitan sosial dan perselisihan keluarga
-          Resiko lika akibat kecelakaan lebih tinggi
-          Penyalahgunaan alkohol dan obat
-          Depresi dan gangguan mental lainnya
-          Problem dalam pekerjaan
-          Kecelakaan saat mengemudi
-          Kehamilan yang tidak diinginkan
-          Kenakalan remaja, kriminalitas dan penahanan (oleh yang berwajib)
-          ADHD biasanya berlanjut pada usia dewasa, namun bila lingkungan sekitarnya tidak bereaksi negatif atau mendukung perkembangan anak, maka perilaku hiperaktif terkadang menurun atau berkurang walaupun perilaku kurang perhatian dan impulsif masih akan muncul
-          Kalau ADHD berlanjut pada dewasa, konseling dan intervensi diperlukan agar menghindari kesulitan
-          Banyak dewasa ADHD juga mengalami hambatan lainnya, seperti depresi, ODD, LD dan conduct disorder
-          Tanpa pemahaman diri, dewasa ADHD cenderung memiliki perilaku yang beresiko tinggi yang merugikan diri dan orang dilingkungan
-          Angka perceraian, PHK, pelanggaran lalu lintas, kriminalitas, adiksi
b.      Pengaruh ADHD terhadap pendidikan
-          Tidak dapat memulai suatu kegiatan
-          Prestasi kurang
-          Bekerja terlalu lambat atau cepat
-          Melupakan instruksi atau penjelasan
-          Tidak melakukan tugas
-          Selalu meninggalkan benda-benda sampai menit terakhir
-          Selalu bingung
-          Menangguhkan pekerjaan
-          Motivasi yang kurang
-          Kesuliatan mengerjakan tugas
-          Menghindari teman, bertindak kacau
c.       Pengaruh ADHD terhadap perilaku
-          Menuntut
-          Turut campur dengan orang lain
-          Mudah frustasi
-          Kurang mengendalikan diri
-          Tidak tenang/gelisah
-          Lebih banyak bicara
-          Suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian
-          Mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan
-          Mudah bingung, mengalami hari-hari baik dan buruk
d.      Pengaruh ADHD terhadap aspek sosial
-          Mementingkan diri sendiri, egosentris
-          Cemas, kasar, tidak peka
-          Tidak dewasa, tertekan
-          Harga diri rendah
-          Keras/tenang, membuat keributan
-          Tidak berfikir panjang
-          Menarik diri dari kelompok
-          Sering berperilaku tanpas perasaan
-          Tidak mau menuggu giliran



6.      Teknik Penanganan anak ADHD
-          Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku tidak di kehendaki :
a)      Ekstingsi (extinction)
b)      Satiasi (satiation)
c)      Pemberian hukuman
-          Mengembangkan tingkah laku yang di kehendaki
a)      Positive reinforcement
b)      Timeout
c)      Response cost
d)     Token economy
-          2 komponen utama dalam perawatan medis anak-anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan perhatian defisit sebelumnya disebut (ADD), adalah terapi perilaku dan farmasi. Komponen farmasi tercakup dalam Obat. Kebanyakan komponen perawatan perilaku berlangsung aktifitas out door atau di luar kantor penyedia utama layanan ini. Komponen umum secara singkat dijelaskan di bawah ini untuk membantu dalam arahan dan konsultasi. Tidak semua komponen yang diperlukan untuk setiap anak.
-          Intervensi sekolah atau pendidikan
Usia anak pada diagnosis awal dan tingkat keparahan gejala ADHD (ADD) kemungkinan mempengaruhi sejauh mana manfaat anak dari bekerja dengan spesialis pendidikan.
-          Psikoterapi
·         Bagi remaja, pelatihan ADHD (ADD), berpartisipasi dalam kelompok pendukung, atau keduanya dapat membantu menormalkan gangguan dan membantu mereka dalam memperoleh baik fokus umpan balik dan informasi umum.
·         Konselor seperti psikolog, dokter anak perkembangan perilaku, pekerja sosial klinis, dan perawat praktek lanjutan yang juga akrab dengan ADHD (ADD) bisa sangat berharga untuk anak-anak yang terkena dampak dan keluarga mereka.
·         Modifikasi perilaku dan terapi keluarga biasanya diperlukan untuk perawatan yang optimal.
·         Kondisi hidup bersama harus ditangani sebagai bagian dari terapi.
-          Bila anak hiperaktif :
·         Terimalah kondisi anak, orangtua disarankan untuk tidak menyimpan permasalahannya sendiri. Kerjasama antara suami-istri harus dijalin dengan baik agar anak dapat ditangani dengan baik.
·         Perbaiki perilaku anak, perlu penanganan segera perilaku anak yang destruktif agar perilakunya lebih terarah. Untuk itu perlu bantuan ahli seperti psikolog.
·         Terapi, macam-macam terapi psikososial, educational therapy, occasional therapy dan psikoterapi.
·         Sediakan sarana, halaman luas sangat baik untuk memberikan kebebasan bergerak bagi penderita.
-          Apa yang harus dilakukan orangtua?
·         Berkonsultasilah dengan ahli jiwa, psikolog, ahli saraf anak/spesialis anak guna meminta saran terbaik mereka.
-          Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perunahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.
-          Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut  dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
-          Dengan bertambahnya umur pada seorang anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar mengontrol diri dan mengendalikan aktifitasnya serta kemampuan untuk memperhatikan segala sesuatu yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk membuat daftar tugas dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat membantu dalam upaya mendisiplinkan diri, termasuk didalamnya kegiatan yang cukup menguras tenaga (olah raga dll) agar dalam dirinya tidak tertimbun kelebihan tenaga yang dapat mengacaukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan. Nasehat untuk orangtua, sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modifikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang.
-          Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif. Strategi di tempat umum, terkadang anak justru akan terpicu perlaku distruktifnya di tempat-tempat umum, dalam hal ini berbagai rangsangan yang diterima baik berupa suasana ataupun suatu benda tertantu yang dapat membangkitkan perilaku hiperaktif / destruktif haruslah dihindarkan dan dicegah, untuk itu orang tua dan guru harus mengetahui hal-hal apa yang yang dapat memicu perilaku tersebut. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.


B.Data Anak
ü  Profil anak
Nama Lengkap             : M.R
Jenis Kelamin               : Laki-laki
Tempat tanggal lahir     : Banjarmasin, 2
Agama                          : Islam
Status dalam keluarga  : Kandung
Anak ke-                       : 2
Jumlah saudara             : 1
ü  Profil Orang Tua
Nama Ayah                             : S
Umur                                       : 44 tahun
Pendidikan Terakhir                : SMA
Pekerjaan                                 : PNS
Nama Ibu                                : R
Pendidikan Terakhir                : SMA
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua                    : Jalan Simpang Kuin Selatan Gg. Keluarga RT 21
ü  Riwayat Hidup Anak
Sebelum kelahiran                                            : Ibu sehat selama mengandung
Saat kelahiran, lama kandungan                      : 9 bulan
Melahirkan di                                                  : Rumah
Ditolong oleh                                                  : Bidan
Proses kelahiran                                               : Normal
Kelahiran bawaan                                            : -
Makanan pertama yang di berikan                  :  ASI
Perkembangan merangkak                              : -
Perkembangan duduk                                     : -
Perkembangan mengucapkan kata                  : 4 tahun
Anak mengisap jempol                                    : -
Perhatian terhadap lingkungan                        : 6 tahun
Perasaan takut                                                 : -
Dalam hal kegiatan sehari-hari                        : lebih aktif dan perilaku yang kurang    jelas
Perasaan malu                                                  : ada, saat bertemu orang baru
Jenis penyakit                                                  : -
Akibat                                                             :  jatuh dari ayunan
Anak belum mampu mandi sendiri                 : ya
Anak dapat diterima dilingkungannya            : ya
Anak belum mampu buang air sendiri : ya
Anak belum mampu berpakaian sendiri          : ya
Anak belum bisa makan sendiri                      : tidak
Anak mampu bermain dengan mainannya      : ya
Anak tidak mampu bergaul dengan teman sebaya      : tidak
Anak mampu taat pada orang tua                               : ya
C.    Kemampuan Anak
1)      Dalam hal perilaku
a)      Mudah menghafal nama-nama temannya, aktifitas temannya dan perlengkapan yang dimiliki temannya.
b)      Suka olahraga terutama bermain bola.
2)      Dalah hal akademik
a)      Mudah menghafal belajar lagu atau bacaan.
D.    Hambatan Anak
1)      Dalam hal perilaku
a)      Tidak dapat memusatkan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat kesalahan ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan seperti, mengambil sikat gigi dilemari, menaruh sepatu dirak.
b)      Sering menghindar saat disuruh untuk merapikan sepatunya dirak.
c)      Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh mainan temannya.
d)     Tidak bisa duduk diam, kakinya selalu bergerak-gerak dikursi.
e)      Tidak suka dipeluk.
f)       Perkembangan bicaranya yang kurang jelas/terlambat.
g)      Sering melamun memainkan pensil saat mengerjakan tugas.
2)      Dalam hal akademik
a)      Kesulitan dalam motorik halus apalagi menulis.
b)      Kesulitan membaca karena perkembangan bicara yang kurang dimengerti bahasanya.

E.     Kebutuhan Anak
1.      Teknik penanganan kurang perhatian anak
2.      Penanganan gerakan yang tidak dikehendaki
3.      Stimulus komunikasi anak
4.      Stimulus pendengaran anak
5.      Latihan motorik halus anak
6.      Stimulus sosialisasi
F.     Program Khusus Mengendalikan Perilaku
1.      Pengendalian kurang perhatian anak
ü  Dekati tempat duduk anak jika anak sudah mulai tidak perhatian, lakukan berulang-ulang sehingga anak sadar untuk tetap perhatian.
ü  Berikan cerita yang menarik pada anak, usahakan mendapatkan perhatian anak sebelum selesai ceritanya.
ü  Ajak anak becerita sederhana, dan perhatikan reaksi/ekspresi mimik anak saat cerita itu menunjukkan suasana sedih, marah, takut, senang, menangis.
ü  Saat menerangkan materi pembelajaran, buat feedback pada anak tentang materi tersebut, dan selalu tanyakan pada anak apa yang dia suka dari materi hari ini.
ü  Dapatkan kontak dengan anak setiap menjelaskan materi.
ü  Untuk sementara jauhkan anak dari hal-hal yang bisa membuat perhatiannya kacau.
ü  Dampingi saja anak dalam mengerjakan tugasnya tetapi durasi pendampingan dikurangi setiap harimya setelah anak dalam menyelesaikan tugasnya.
ü  Usahakan mendapat kontak mata anak dan berikan instruksi-instruksi yang sederhana agar anak mengerti dan mampu menyimak pelajaran.
ü  Berikan waktu yang efektif sesuai perhatian anak.
ü  Berikan kesepakatan apa yang akan ia terima apabila dapat/tidak dapat menyelesaikan tugasnya (reward/punishment).
ü  Ajak anak terus belajar dalam kelompok, dan dengan kelompok yang berbeda-beda.
ü  Berikan instruksi yang sederhana dan dapat dikerjakan anak.
ü  Lihat tingkat kesulitan dan perhatian anak saat mengerjakan tugas, apabila perhatiannya sudah mulai buyar maka berikan tugas secara bertahap.
ü  Hindarkan benda-benda dimeja anak yang membuat perhatiannya teralih saat mengerjakan tugas.
ü  Berikan konsekuensi untuk mengerjakan tugas apabila perhatian anak teralih sebelum selesai dikerjakan.
ü  Ambil kesempatan anak untuk bermain apabila belum mampu konsentrasi lebih dari 5 menit.
2.      Pengendalian gerakan yang tidak dikehendaki
ü  Sebelum pelajaran dimulai atau setelah berdoa, anak diminta melakukan brain gym sederhana.
ü  Sewaktu-waktu dalam mata pelajaran tertentu ajak anak belajar di luar kelas, agar ia lebih leluasa belajar tidak harus selalu duduk.
ü  Suruh anak mengumpulkan buku tugas teman-temannya.
ü  Suruh anak menulis dipapan tulis.
ü  Efektifkan gerakan anak dengan gerakan olahraga, dan buat ia senang dengan gerakan tersebut.
ü  Waktu bermain, buat anak menggunakan mainan sesuai fungsinya. Seperti permainan menyusun balok dengan berlari.
ü  Minta anak untuk menghapus papan tulis.
ü  Minta anak mengerjakan jadwal piketnya.
ü  Minta anak membantu temannya membereskan kelas.
ü  Modifikasi kelas, buat anak merasa nyaman dan tenang serta buat teman-temannya menerimanya.
ü  Modifikasi perilaku anak, ajak anak berkomunikasi baik secara ekspresif ataupun reseptif, interaksi sosial dengan menyuruh anak memanggilkan temannya.
ü  Latihan mendengarkan instrumental (musik yang dapat membuat anak tenang) sebelum/sesudah belajar.
ü  Cari tau kenapa anak melakukan perilaku tersebut seperti, cepat bosan, suka mengganggu teman. Mungkin saja ia meminta perhatian atau ingin bebas, setelah itu berikan perhatian dan ciptakan suasana rileks yang membantu mengurangi emosi anak.
ü  Saat anak mulai berjalan-jalan ke sana kemari, coba jangan direspon dan apabila anak mulai memanggil-manggil kita itu berarti ia meminta perhatian dan teguran, maka jangan dihiraukan sampai anak sadar dan ia kembali duduk.
ü  Saat anak mengatur temannya, maka berikan pengarahan bagaimana menjadi ketua  yang baik dalam kelompok, upacara, ataupun saat bermain kelompok. Apabila ia memukul temannya karena merasa tidak dihiraukan berikan hukuman pada anak dan tidak boleh lagi menjadi ketua kelompok.
ü  Time-out diberikan saat anak memukul, merebut mainan dan menendang maka anak tidak mendapat jam istirahat.
ü  Posisikan tempat duduk anak dekat denngan guru saat ia sudah mulai mengganggu temannya.
G.    Program Khusus Kebutuhan Belajar
1.      Program Pembelajaran Komunikasi dan Stimulus Pendengaran anak
No
Tujuan
Materi
Strategi/langkah pembelajaran
aktivitas
1
Mengoptimalkan fungsi pendengaran melalui stimulus langsung dari guru/benda
-          Optimalisasi indera pendengaran anak melalui stimulus dari guru
-          Optimalisasi komunikasi anak melalui stimulus dari guru
-          Bisikan sesuatu ke telinga anak, mulai dari kalimat-kalimat yang sederhana hingga kalimat yang kompleks
-          Mulai dari suara yang lembut/perlahan sampai suara yang cukup keras
Gambar/ deskripsi kegiatan pembelajaran

ü  Metoda : *disesuaikan dengan hasil kebutuhan anak.
-          menstimulus kepekaan anak terhadap suara dari suara yang rendah sampai tinggi.
-          Memakai sumber bunyi dari alat seperti, peluit, pensil yang dipukulkan ke meja.
-          Menanyakan pada anak suara yang ia dengar.
ü  Alat : *disesuaikan dengan materi.
-          Peluit
-          Pensil
-          Meja
ü  Alokasi waktu : 1x45 menit
ü  Evaluasi :
-          Tes pendengaran anak dengan bisikan
-          Lihat reaksi anak
-          Tes pendengaran anak dengan suara yang cukup keras
-          Lihat reaksi anak
-          Ucapkan kalimat yang sederhana terhadap anak
-          Beri timbal balik dari ucapan anak
-          Tes pendengaran anak dengan peluit
-          Lihat reaksi anak
-          Tes pendengaran anak dengan menyuruh anak membunyikan pensilnya diatas meja
-          Lihat reaksi anak saat membunyikan
2.      Program Stimulus Sosialisasi anak
No
Tujuan
Materi
Strategi/langkah pembelajaran
aktivitas
1
Menstimulus rasa sosialisasi anak
-          Pemberian tugas kelompok
-          Mengadakan Kelompok bermain untuk optimalisasi hubungan sosial anak
-          Membuat anak mengerjakan tugas secara kelompok kecil
-          Mengatur kelompok bermain untuk anak
deskripsi kegiatan pembelajaran

ü  Metoda :
-          Mendampingi anak untuk berinteraksi dengan teman kelompoknya
-          Membuat anak berada dalam kelompok yang merasa aman dan nyaman
ü  Alokasi waktu : 1x30 menit
ü  Evaluasi :
-          Dampingi anak dalam belajar dan bermain kelompoknya
-          Buat anak merasa nyaman dengan temannya
-          Tinggalkan dan lihat anak dari jauh
-          Lihat reaksi anak dan temannya
3.    Latihan motorik halus
ü  Diberikan waktu khusus untuk anak latihan seperti, meremas kertas, menggunting, membuat coretan, membuat coretan dengan jari, menggenggam benda dari yang besar sampai kecil.
ü  Pelemasan jari-jari otot anak
ü  Melakukan gerakan-gerakan yang membuat anak rileks
ü  Latih motorik kasar anak dulu, biasakan otot tangan anak bekerja dengan baik.
ü  Ambil alih perhatian anak untuk menulis/melukis dengan jari dikertas.
ü  Latihan menebalkan huruf.
ü  Buat anak tenang dan nyaman dengan modifikasi pembelajaran.
ü  Jauhkan benda-benda yang membuat konsentrasi anak buyar waktu menulis.
ü  Tunjukkan sebuah gambar dan anak diminta menuliskan nama gambar tersebut.
ü  Minta anak menulis dikarton beberapa kata dan ditempel didinding kelas.
ü  Berikan tugas-tugas anak menulis cerita apa yang dilakukannya setelah pulang dari sekolah.
            ü  Rancangan Pembelajaran untuk siswa Hiperaktif dengan permainan Terapaeutik
Mata Pelajaran                  : Bahasa Indonesia
Pokok Bahasan                 : Menulis
Sub Pokok Bahasan            :Menghubungkan titik-titik huruf yang membentuk nama benda
A.    Karakteristik siswa
Waktu duduk dalam kelas banyak bergerak dengan kaki dan tangannya, memain-mainkan pensilnya, tidak menoleh dipanggil namanya. Tidak suka disuruh menulis.
B.     Standar Kompetensi
Anak mampu menghubungkan titik-titik membentuk nama suatu benda dan menghubungkan titik-titik pada kartu huruf yang mengarah pada penulisan nama kata benda.
C.     Kompetensi Dasar
Menulis kata sederhana. Memulai dengan memanfaatkan permainan yang dipergunakan dalam pembelajaran berikut :
1.      Siswa dapat menunjukkan dengan tangan huruf untuk penulisan nama suatu benda.
2.      Siswa dapat menghubungkan titik-titik pada kartu huruf yang dapat membentuk nama benda seperti topi dan nama benda lainnya.
3.      Siswa dapat memilih kartu-kartu huruf yang dapat membentuk tulisan nama benda.
4.      Siswa dapat menunjukkan nama benda sesuai dengan kartu pilihannya.
D.    Hasil Belajar
Siswa mampu menuliskan kata sederhana dengan cara menghubungkan titik-titik huruf.
E.     Indikator
1.      Menebalkan atau menghubungkan huruf-huruf yang membentuk kata.
2.      Menulis kata dengan benar.

F.      Materi Pokok
Menulis kata sederhana
G.    Alokasi waktu
2x35 menit/pertemuan
H.    Pengalaman Belajar
1.      Apersepsi atau Motivasi
a.       Mengarahkan siswa pada situasi belajar
b.      Mengingatkan kembali nama-nama benda
2.      Kegiatan inti
a.       Siswa dapat melihat-lihat benda yang ada diruangan
b.      Siswa menyebutkan nama-nama benda
c.       Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
·         Guru menunjukkan macam-macam benda
·         Guru menunjukkan kartu huruf nama benda menjadi potngan huruf berpisah seperti huruf T pada kata TOPI.
·         Siswa memainkan kartu-kartu sesuai dengan tugas yang diberikan guru.
·         Siswa menghubungkan titik-titik dengan bentuk huruf dari kartu huruf yang membentuk nama benda.
·         Siswa melakukan kegiatan menghubungkan titik-titik yang ada pada titik kartu nama bendanya.
·         Siswa menujukkan menuliskan nama benda sesuai dengan kartu huruf yang ia hubungkan dan ia susun dikertas.
I.       Alat dan Sumber Pelajaran
1.      Alat peraga benda asli seperti topi bertuliskan kartu huruf topi dan benda-benda lainnya sesuai dengan lingkungan
2.      Alat pelajaran seperti buku tulis, pensil, papan tulis, penghapus
3.      Kartu-kartu huruf yang menujukkan nama benda yang ada disekitar siswa
J.       Evaluasi


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Nama                           :  M. R
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Tempat tanggal lahir   : Banjarmasin,
Umur                           : 8 tahun
Sekolah                       : SDLB Banjarmasin
Kelas                           : 1 SD

Berdasarkan instrumen identifikasi :
1.         KRITERIA ADHD DSM IV menunjukkan anak mengalami gangguan campuran (hiperaktif dan gangguan perhatian)
2.         SPPAHI IARS menunjukkan anak mengalami GPPH (GANGGUAN Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif)
3.         KRITERIA ADHD DSM V menunjukkan gangguan ADHD
4.         PPDGJ menunjukkan adanya kurang perhatian dan hiperaktivitas
5.         INSTRUMEN IDENTIFIKASI ADHD menunjukkan anak lebih mengalami gangguan pada pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
6.         ICD 10 dari WHO menunujukkan 6 gejala autis sebagai penyerta anak ADHD
7.         KRITERIA AUTIS DSM IV menujukkan anak mengalami gangguan kualitatif dalam bidang interaksi karena terlambat dalam perkembangan bicara dan tugas perkembangan lainnya sebelum berjalan terlewatkan.
8.         KRITERIA AUTIS DSM V menunjukkan anak mengalami gangguan hanya pada interaksi sosial dan komunikasi
  ü  Kebutuhan Anak
-          Teknik penanganan kurang perhatian anak
-          Penanganan gerakan yang tidak dikehendaki
-          Stimulus komunikasi anak
-          Stimulus pendengaran anak
-          Latihan motorik halus anak
-          Stimulus sosialisasi
B.     Saran
Untuk observer harus memahami terlebih dahulu hambatan-hambatan anak, mengklasifikasikan dari beberapa karakteristiknya dan dapat menarik kesimpulan dari pengamatan tersebut.
Diharapkan untuk semua mahasiswa yang melakukan observasi dapat mengamati sendiri/ terjun langsung ke lapangan dengan menentukan pandangan sendiri dan dapat meluruskan pandangan yang keliru atau sekedar dugaan sementara oleh pihak sekolah ataupun lingkungan sekitar anak tersebut.




















DAFTAR PUSTAKA
APA: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association Press; 1994: 78-85.
American academy of pediatrics. Clinical Practice Guideline: Treatment of the School-Aged Child With Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Pediatrics Vol. 108 No. 4. USA. 2001;1033-44
Child development institute. About Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADD/ADHD. Child Development Institute  2003: ttp://www.childdevelopmentinfo.com/disorders/adhd.shtml.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5..2013
Didi Tarsidi. 2003. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung: PPS UPI.
IMH. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. NIMH Public Inquiries Bethesda, U.S.A  dapat dilihat di: http://www.nimh.nih.gov/publicat/ adhd.cfm diakses pada: 27 April 2003.
Jensen PS: Fact versus fancy concerning the multimodal treatment study for attention-deficit hyperactivity disorder. Can J Psychiatry 1999 Dec; 44(10): 975-80.
Kaplan, Harold, MD. Sadock, Benjamin MD, Grebb, Jack MD. Sinopsis psikiatri jilid 2. Binarupa Aksara. 2008
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Kaplan and Sadock's Synposis of Psychiatry. 7th ed. Baltimore, Md: Williams & Wilkins; 1994: 1063-8.
Muslim, Rusadi dr. Buku saku diagnosis jiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya 2003   
Nadeau KG, Littman E, Quinn P. Understanding Girls With AD/HD. Springfield, MD: Advantage Books; 2000.
Nigg JT, Lewis K, Edinger T, Falk M. Meta-analysis of attention-deficit/hyperactivity disorder or attention-deficit/hyperactivity disorder symptoms, restriction diet, and synthetic food color additives. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jan 2012;51(1):86-97.e8.
Silvia D. Elvira. Buku Ajar Psikiatri UI edisi ke dua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
Spencer TJ, Biederman J, Wilen T. Pharmacotherapy of ADHD with antidepressants. In: Barkley RS, ed. Attention Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment. 2nd ed. New York, NY: Guilford Press; 1998:552-63.
Wilens TE. Straight Talk about Psychiatric Medications for Kids. New York, NY: Guilford Press; 2002.
Wolraich ML, ed. The Classification of Child and Adolescent Mental Diagnoses in Primary Care: Diagnostic and Statistical Manual for Primary Care (DSM-PC) Child. Elk Grove, IL: American Academy of Pediatrics; 1996.
Yayasan Pembina Anak Autis. 2002. Seminar Sebagai Kiat Mengoptimalkan Potensi Anak Autis. Semarang: Yayasan Pembina Autis
Zaviera, Ferdinand. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Anak Hiperkatif dan Gangguan Konsentrasi. Yogyakarta: KATAHATI




LAMPIRAN
i.                    DSM IV ADHD
A1. KURANG PERHATIAN
      Pada kriteria ini penderita ADHD paling sedikit mengalami 6 atau lebih dari gejala-gejala berikutnya dan berlangsung paling sedikit 6 bulan.
     sering gagal memperhatikan baik dalam tugas sekolah maupun kegiatan sehari-hari
     kesulitan memusatkan perhatian terhadap tugas maupun kegiatan bermain
     sering tidak mendengarkan kalu diajak bicara langsung
     sering tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas
     sering kesulitan dalam menjalankan tugas
     sering kehilangan barang penting untuk menyelesaikan tugas
     sering menghindari, enggan melaksanakan tugas
     sering bingung/terganggu oleh rangsangan luar
     lekas lupa dalam menyelesaikan tugas sehari-hari
A2. HIPERKAKTIFITAS-IMPULSIFITAS
Paling sedikit 6 gejala hiperaktif impulsifitas. Berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan maladaptif dan dengan tingkat perkembangan.
HIPERAKTIF
      sering gelisah dengan tangan atau kaki menggeliat di kursi
      sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau dalam situasi lainnya
      sering naik-naik atau berlarian secaraberlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat.
      Sering kesulitan atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang
      Sering bergerak seolah-olah dikendalikan oleh motor
      Sering berbicara berlebihan

ii.                  SKALA IARS
Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPHI) Indonesian ADHD Rating Scale (IARS)


Tidak pernah sama sekali
(0)

Kadang-kadang
(1)

Sering
(2)

Sangat sering
(3)

Keterangan
1.       
Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu melaksanakan tugas atau kegiatan bermain







2.       
Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak sesuai untuk hal tersebut









3.       
Gagal menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai






4.       
Gagal member perhatian kepada hal-hal kecil atau ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah









5.       
Sering seolah olah tidak memperhatikan orang pada waktu diajak berbicara






6.       
Sering lambat dalam menyelesaikan tugas di sekolah (mencatat, menyalin, mengerjakan soal)






7.       
Kemampuan sosialisasi buruk






8.       
Sering lupa tentang segala sesuatu yang telah dipelajari






9.       
Menghindari, enggan atau mengalami kesulitan melaksanakan tugas tugas yang membutuhkan ketekunan yang berkesinambungan








10.   
Membutuhkan bimbingan penuh untuk dapat menyelesaikan tugas





11.   
Mengalami kesulitan bermain atau melaksanakan kegiatan dengan tenang diwaktu senggang







12.   
Mudah teransang dan impulsive (bertindak tanpa berpikir)






13.   
Sering melontarkan jawaban secara terburu-buru terhadap pertanyaan yang belum selesai







14.   
Meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi kelompok






15.   
Mengalami kesulitan untuk antri atau menunggu giliran dalam bermain atau situasi kelompok





16.   
Sering perhatiannya mudah terpecah atau terbagi






17.   
Mudah tersinggung dan terganggu oleh orang lain






18.   
Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa bantuan orang lain







19.   
Tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan waktunya






20.   
Tidak dapat mengikuti perintah secara berurutan






21.   
Perhatiannya mudah beralih ketika diberi petunjuk untuk mengerjakan sesuatu






22.   
Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar







23.   
Sering ceroboh atau tidak teliti dalam menyelesaikan tugas





24.   
Tidak pernah bisa diam, tidak mengenal lelah





25.   
Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan lain







26.   
Sering seperti tidak mendengar pada waktu diajak berbicara secara langsung







27.   
Sering gagal menyelesaikan tugas





28.   
Selalu dalam keadaan “siap gerak” atau aktivitasnya seperti digerakkan oleh mesin






29.   
Sering menyela atau memaksakan diri terhadap orang lain (misalnya memotong, menyelak percakapan atau mengganggu permainan)








30.   
Sering usil, mengganggu anak lain di dalam kelas






31.   
Terlalu aktif atau aktifitas berlebihan





32.   
Tidak mampu mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan tugas sekolah (tidak disebabkan oleh tingkah laku/sikap menentang atau kegagalan untuk memahami petunjuk)





33.   
Tidak bisa duduk diam (kaki dan tangannya tidak bisa diam atau selalu bergerak)






34.   
Sering “bengong”, pada waktu melaksanakan tugas







Total Nilai:





iii.                DSM-V kriteria diagnostic ADHD dan PPDGJ III
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktifitas
A. Terdapat salah satu dari  (1 ) atau (2)
1.    Inatensi : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
Catatan : gejala tidak semata-mata merupakan manifestasi dari perilaku melawan, menantang, permusuhan, atau kegagalan untuk memahami tugas atau instruksi. untuk remaja yang lebih tua dan orang dewasa usia 17th dan lebih tua, setidaknya lima terjadinya tanda yang diperlukan)
a.    Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
b.    Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain.
c.    Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d.   Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e.    Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f.     Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah)
g.    Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
h.    Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar
i.      Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari


2.    Hiperaktivitas-impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan dan dampak negatif langsung pada kegiatan sosial dan akademik / pekerjaan anak.
a.    Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat ditempat duduk
b.    Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak tetap duduk
c.    Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat ( pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif  kegelisahan)
d.   Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktuluang secara tenange.
e.    Sering bergerak atau seakan-akan didorong oleh sebuah gerakan
f.     Sering berbicara berlebihan
g.    Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai
h.    Sering sulit menunggu gilirannya
i.      Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke percakapan atau permainan)

B.  Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 12 tahun
C.  Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)

D.  Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan

E.   Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizopfrenia atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian, penggunaan zat dan penarikan diri)
Menentukan apakah :
·      Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas tipe kombinasi (F.90.2) : Jika memenuhi kriteria A1 atau A2 dalam 6 bulan terahir.
·      Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas, predominan gejala inatensi (F.90.0): jika memenuhi kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terahir.
·      Gangguan pemusatan perhatian/ hiperaktifitas, predominan gejala Hiperaktifitas-implusif (F.90.1) : jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terahir.

·      Remisi parsial : untuk individu terutama remaja dan dewasa  yang saat ini memenuhi gejala ADHD tetapi tidak memenuhi kriteria ADHD yang lengkap lagi.

Ringan : Sedikit, atau terdapat gejala yang ditemukan untuk membuat diagnosis dan gejala mengakibatkan gangguan ringan dalam fungsi sosial atau pekerjaan
Sedang : Gejala atau gangguan fungsional antara ringan dan berat
Berat    : Banyak gejala lebih dari yang ditemukan untuk membuat diagnosis, atau beberapa gejala yang secara khusus memutuskan, hadir, atau gejala mengakibatkan gangguan nyata dalam fungsi sosial atau pekerjaan.



Berdasarkan PPDGJ III, gangguan ini dapat ditegakkan dengan memenuhi kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90). 1,4
1.      Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat  mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik)
2.      Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini sering kali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya  terhadap tugas yang satu karena perhatiannya tertarik pada hal lain. Berkurangnya ketekunan dan perhatian ini seharunya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang sama.
3.      Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang  berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini tergantung pada situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau melompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar atau berbelit-belit. Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak-anak yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntun suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.
4.      Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan ini.
5.      Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah di catat secara terpisah (dibawah F80-F89) bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
6.      Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi ataupun kriteria iklusi untuk diagnosis utamanya,tetapi ada tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari gangguan tersebut.
7.      F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian. Kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90) telah terpenuhi, tetapi kriteria untuk gangguan tingkah laku (F91) tidak terpenuhi. Termasuk gangguan deficit perhatian dengan hiperaktifitas
8.      F90.1 Gangguan Tingkah Laku Hiperkinetik. Memenuhi kriteria menyeluruh mengenai gangguan hiperkinetik (F90) dan juga kriteria menyeluruh mengenai gangguan tingkah laku (F91)
9.      F90.8 Gangguan Hiperklinetik Lainnya
10.  F90.9 Gangguan Hiperkinetik YTT katagori sisa ini tidak dianjurkan dan hanyalah boleh digunakan bila kurang dapat dibedakan antara F90.0 dan F90.1 tetapi memenuhi kriteria keseluruhan untuk F90.







iv.                ICD 10 dari WHO (AUTIS)
Kel
No
GEJALA
  ü  
Jml
KET
1
a
Ø  Kontak mata sangat kurang
Ø  Ekspresi muka kurang hidup
Ø  Gerak-gerik yang kurang tertuju
Ø  Menolak untuk dipeluk
Ø  Tidak menengok bila dipanggol (cuek)
Ø  Menangis dan tertawa tanpa sebab
Ø  Tidak tertarik pada mainan
Ø  Bermain dengan benda yang bukan mainan









Min. 2 Gejala
b
Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

c
Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

d
Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timabl balik

2
a
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara), menarik tangan bila ingin sesuatu, bahasa isyarat tak berkembang







Min. 1 Gejala
b
Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi

c
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang

d
Cara bermain kurang fariatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru

3
a
Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan









Min. 1 Gejala
b
Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada gunanya, misalnya makanan dicium dulu

c
Ada gerakan-gerakan yang aneh dan khas dan diulang-ulang

d
Sering kali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

Jumlah =
Diagnosa autisma dapat ditegakkan bila jumlah gejala semuanya minimal 6

















v. DSM IV Autis
No
Aspek yang diamati
I
Gangguan Kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
Gejala :
¨       Tidak mampu menjalani interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju.
¨       Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
¨       Tidak ada empati (tak dapat menerka apa yang dirasakan orang lain).
¨       Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
II
Gangguan Kualitatif dalam bidang komunikasi
Gejala :
¨       Perkembangan terlambat atau sama sekali tidak berkembang.
¨       Bila anak bisa bicara maka bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
¨       Sering menggunakan bahsa aneh yang diulang-ulang.
¨       Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan dapat kurang meniru.
III
Adanya satu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan.
Gejala :
¨      Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan.
¨      Terpaku pada satu kegiatan yang rutinitas yang tak ada gunanya.
¨      Ada gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
¨      Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
IV
¨      Keterlambatan atau gangguan dalam bidang (a) interaksi sosial cara,
(b) bicara dan bahasa, dan (c) cara bermain yang monoton, kurang variatif terjadi sebelum anak berumur 3 tahun.
V
¨      Bukan disebabkan oleh gangguan disintegratif masa kanak-kanak.

Keterangan :
Anak disimpulkan autisme bila terdapat 6 buah gejala dari aspek I,II dan III dengan persyaratan : pada aspek I harus ada minimal 2 gejala, serta pada aspek II dan III minimal masing-masing satu gejala. Aspek ke IV dan V sudah cukup jelas.








vi.                DSM V AUTIS
a)      Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap pada berbagai konteks.
                                i.            Kekurangan dalam kemampuan komunikasi sosial dan emosional. Contohnya pendekatan sosial yang tidak normal dan kegagalan untuk melakukan komunikasi dua arah; kegagalan untuk berinisiatif atau merespon pada interaksi sosial.
                              ii.            Terganggunya perilaku komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal dan non-verbal yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
                            iii.            Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku pada berbagai  konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman, tidak adanya ketertarikan terhadap teman sebaya.
b)      Perilaku yang terbatas, pola perilaku yang repetitive, ketertarikan, atau aktifitas yang termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut:
                    i.            Pergerakan motor repetitif atau stereotype, penggunaan objek-objek atau bahasa, misalnya: perilaku stereotype yang sederhana, membariskan mainan-mainan atau membalikkan objek.
                  ii.            Perhatian yang berlebihan pada kesamaan,  rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal atau non-verbal yang diritualkan, contohnya stress ekstrim pada suatu perubahan yang kecil, kesulitan pada saat adanya proses perubahan, pola pikir yang kaku.
                iii.            Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat atau preokupasi pada objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest.
                iv.            Hiperaktivitas/hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan yang tidak biasa pada aspek sensori pada lingkungan. Contoh: sikap tidak peduli pada rasa sakit atau temperature udara, respon yang berlawanan pada suara atau teksture tertentu, penciuman yang berlebihan atau sentuhan dari objek, kekaguman visual pada cahaya atau gerakan.
c)      Gejala-gejala harus muncul pada periode perkembangan awal (tapi mungkin tidak termanifestasi secara penuh sampai  tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin tertutupi dengan strategi belajar dalam kehidupannya).
d)     Gejala-gejala menyebabkan perusakan yang signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan atau setting penting lain dalam kehidupan.
e)      Gangguan-gangguan ini lebih baik tidak dijelaskan dengan istilah ketidakmampuan intelektual (intellectual disability) atau gangguan perkembangan intelektual atau keterlambatan perkembangan secara global.

















vii.              Instrumen Identifikasi anak Hiperaktif
KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI
KETERAMPILAN PRA-AKADEMIS
ANAK HIPERAKTIF (ADHD)
KOMPONEN
RUANG LINGKUP
INDIKATOR IDENTIFIKASI








Aspek Perkembangan / hiperaktif, impulsif dan kurang perhatian
1. Perkembangan Kognitif
  1. Mengenal cara perhatian anak terhadap tugas
  2. Melihat cara berpikir anak di sekolah
  3. Mengenali keaktifan anak dalam proses akademik
  4. Mengenali cara perkembangan koginitif anak di lingkungan
2. Perkembangan Emosi
  1. Melihat kontrol emosi anak
  2. Mengenali rasa empati anak
  3. Mengenali gejala impulsifitas anak
  4. Mengenali keaktifan anak dalam bergerak
3. Perkembangan Sosial
  1. Mengenali tumbuh kembang anak dilingkungan
  2. Mengenali cara interaksi anak

1. LEMBAR OBSERVASI
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK HIPERAKTIF

IDENTITAS :

Nama               :                                                           Kelas               :
Usia saat ini     :                                                           Asal sekolah    :
Jenis Kelamin  :                                                          
ASPEK
JENIS
INDIKATOR
PRESENTASE
DESKRIPSI KUALITATIF
YA
TIDAK



PERKEMBANG-AN KOGNITIF /
HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN























PERKEMBANG-AN KOGNITIF /
HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN




























PERKEMBANG-AN KOGNITIF /
HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN

1.       Anak tidak mendengarkan instruksi dari Guru

2.       Anak tidak mampu duduk selama 15 detik

3.       Anak bergerak lebih aktif dari anak lain

4.       Anak menabrak meja dan kursi di dalam kelas

5.       Anak tidak mampu memusatkan perhatian bermain warna
6.       Anak tidak perhatian dalam tugas yang diberikan

7.       Sering lupa kalau disuruh

8.       Gelisah saat disuruh duduk diam

9.       Anak dapat mengerjakan tugas sesuai instruksi

10.   Anak tidak duduk tenang dalam belajar mengelompokkan ukuran benda kecil dan besar

11.   Anak tidak bersikap tenang dan berkonsentrasi dalam belajar benda yang kecil, sedang dan besar

12.   Anak gelisah dalam mengelompokkan ukuran benda panjang dan pendek

13.   Anak tidak mampu melipat kertas dengan rapi

14.   Anak beceloteh saat menulis
15.   Anak tidak mampu menunggu pembagian mainan oleh guru

16.   Anak tidak menghiraukan disuruh menulis di papan tulis

17.   Anak tidak mampu mendengar dan memperhatikan guru

18.   Anak tidak mau mengerjakan tugas

19.   Anak cepat lupa meletakkan alat tulisnya

20.   Anak tidak fokus dalam belajar menyusun balok dengan benar

21.   Terlalu cepat/ lambat mengerjakan tugas

22.   Suka marah-marah tidak jelas saat mengerjakan tugas

23.   Sering frustasi dalam mengerjakan tugas
24.   Menjawab sebelum pertanyaan guru selesai

25.   Suka menari tanpa kendali saat belajar

26.   Sering mencari perhatian guru dengan  keaktifannya

27.   Paling bosan saat disuruh menulis




Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
  1. Min. 10 indikasi : anak tergolong ADHD dalam aspek perkembangan Kognitif nya
  2. Untuk Deskripsi Kualitatif menentukan apakah anak mangalami hambatan pada :
-          Pemusatan Perhatian
-          Hiperaktivitas
-          impulsif



INSTRUMEN IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN EMOSI ANAK HIPERAKTIF
(OBSERVASI)
IDENTITAS   :

Nama               :                                                                                   Kelas               :
Usia saat ini     :                                                                                   Asal sekolah    :
Jenis kelamin   :                                                          
ASPEK
JENIS
INDIKATOR
PRESENTASE
DESKRIPSI KUALITATIF
YA
TIDAK






PERKEMBA-NGAN EMOSI / HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN


























PERKEMBA-NGAN EMOSI / HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN





























PERKEMBA-NGAN EMOSI / HIPERAKTIF, IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN

1.      Anak mengganggu temannya saat belajar

2.      Anak bergerak kacau di kelas

3.      Anak memukul teman saat belajar menyusun balok

4.      Anak  keluar kelas sebelum jam istirahat

5.      Anak mencela guru saat belajar

6.      Anak naik ke atas meja saat belajar

7.      Meletakkan mainan dengan sembrono

8.      Anak mengambil pensil temannya saat belajar

9.      Anak tidak memasukkan kembali buku tulisnya

10.  Anak tidak duduk dengan tenang di kelas

11.  Anak melempar objek mainannya kepada teman

12.  Anak tidak dapat mengekspresikan saat ia merasa suka atau tidak

13.  Anak tidak mengembalikan alat tulis yang dipinjamnya

14.  Anak mengambil makanan temannya saat istirahat

15.  Anak memukul teman saat mengantri

16.  Anak menabrak temannya saat di dalam kelas

17.  Anak menabrak papan tulis saat berjalan

18.  Anak menabrak meja saat berjalan

19.  Anak mempunyai waktu tidur yang sedikit

20.  Sering menghindar ketika disuruh makan

21.  Tidak suka dipeluk

22.  Sering marah dan frustasi saat bosan

23.  Sering berputar-putar di dalam kelas

24.  Tidak suka berada dalam ruangan kecil

25.  Melempar barang tanpa kendali

26.  Tantrum saat dipeluk

27.  Suka mengejek temannya tanpa kendali

28.  Sering menghamburkan barang yang disekatnya

29.  Suka berceloteh tidak jelas saat disuruh tidur

30.  Tidak mempunyai rasa lelah dalam aktifitasnya




Penilaian dilihat dari Deskripsi Kualitatif (jika Ya) :
  1. Min. 10 indikasi : anak tergolong ADHD dalam aspek perkembangan Emosi.
  2. Untuk Deskripsi Kualitatif menentukan apakah anak mangalami hambatan pada :
-          Pemusatan Perhatian
-          Hiperaktivitas
-          impulsif

INSTRUMEN IDENTIFIKASI
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK HIPERAKTIF
(OBSERVASI)
IDENTITAS :

Nama               :                                                           Kelas               :
Usia saat ini     :                                                           Asal sekolah    :
Jenis Kelamin  :                                                          
ASPEK
JENIS
INDIKATOR
PRESENTASE
DESKRIPSI KUALITATIF
YA
TIDAK





PERKEMBAN-GAN SOSIAL / IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN



























PERKEMBAN-GAN SOSIAL / IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN




































PERKEMBAN-GAN SOSIAL / IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN































PERKEMBAN-GAN SOSIAL / IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN






















PERKEMBAN-GAN SOSIAL / IMPULSIF DAN KURANG PERHATIAN


1.      Anak bersikap aktif / pasif terhadap orang yang baru ia kenal

2.      Anak tidak  menghiraukan guru pengajarnya

3.      Anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

4.      Anak tidak mau bermain secara berkelompok

5.      Anak tidak menghiraukan sekitarnya bermain

6.      Sering membuat ramai karena keaktifannya

7.      Anak lebih banyak bicara tidak jelas

8.      Anak sering memotong pembicaraan orang lain

9.      Anak sering lupa dan tidak fokus dalam tugas kelompok dengan temannya

10.  Pola istirahat anak yang sedikit

11.  Tidak merasa kelelahan dengan gerakan-gerakan kacau sepanjang hari

12.  Tidak menghiraukan ibunya yang memanggil

13.  Tidak mau diam

14.  Selalu menunda pekerjaan

15.  Sulit diajak bicara secara langsung (berhadapan)

16.  Tantrum saat keinginannya tidak ada yang mengerti

17.  Pola makan yang sulit/ tidak teratur

18.  Hanya memikirkan diri sendiri

19.  Sering menjatuhkan temannya saat berlari

20.  Lebih suka berada di luar ruangan (out door)

21.  Anak tidak dapat mengenal dan menyebutkan nama temannya di dalam kelas

22.  Anak tidak dapat disuruh memperkenalkan diri
23.  Anak sering tidak menyadari orang baru di lingkungannya

24.  Anak tidak memperhatikan temannya mengajak bicara

25.  Anak tidak dapat mengatakan pinjam pensil dengan temannya

26.  Anak tidak dapat menunjukkan orangtuanya saat ditanya guru

27.  Anak sering bingung dengan orang baru

28.  Anak tidak  bermain tenang dengan teman

29.  Anak menghindar saat ditanya namanya

30.  Anak tidak membantu temannya yang jatuh
31.  Anak tidak dapat meminjamkan buku dengan temannya

32.  Anak berjalan-jalan di dalam kelas

33.  Anak tidak dapat mengikuti gerakan guru saat olahraga

34.  Anak tidak menoleh saat dipanggil

35.  Anak tidak dapat berinteraksi dengan sopan

36.  Anak tidak merespon lawan bicaranya

37.  Anak tidak bersikap baik dengan lingkungannya

38.  Anak tidak dapat bicara meminta untuk pergi ke toilet





Komentar

Postingan populer dari blog ini

instrumen asesmen ABK (kesulitan membaca)

instrumen identifikasi anak hiperaktif

identifikasi anak tuna daksa (laporan observasi)